Jumat, 21 Januari 2011

Cerpen : "20 April 2009"


“Biannnn!!!!” ku dengar teriakan itu dari sebrang jalan, aku menoleh ke kanan dan ku liat seorang wanita teriak memanggil namaku sambil loncat kegirangan, anehnya aku sama sekali tidak mengenali wanita itu, tubuhnya langsing, kulitnya kuning langsat dan dia cantik.. maksudku sangat cantik, jujur aku sempat terpesona melihatnya. Dia menyebrang jalan dan berjalan mendekatiku, kutatap wajahnya lekat-lekat ku pandangi terus menerus sampai dia mengagetkan aku. “hey!! Kamu liatin apa sih? udah lupa sama temen sendiri?” aku masih bengong dan sama sekali tidak kenal dengan wanita ini. “aku Fani, temen SMA kamu dulu..” aku tambah bengong.. “What?? Fani?, Fani si gendut yang dulu sering jadi bahan ejekan teman-teman?” hatiku bicara. “kaget ya karena sekarang aku udah kurus?” sambung fani, aku tertawa kecil “kok hebat bisa jadi cantik begini? Aku sampe gak kenal sama kamu fan..” fani hanya tersenyum sambil membuka tas yang ada di lengan kanannya, fani mengeluarkan sebuah kotak besar berwarna perak, dan diberikannya padaku, tapi setelah sampai ditangan aku tahu bahwa itu bukan kotak tapi undangan pernikahan. “datang ya.. kepernikahanku aku pengen banget kamu datang!” ajak Fani, aku tersenyum menatapnya dan mengangguk “aku pasti dating! tapi kenapa bisa kebetulan sekali kita bisa ketemu dan kamu langsung undang aku?” Tanya ku penasaran. “aku memang sengaja cari alamat rumah kamu, karena aku pengen banget kamu dating.. ternyata sebelum sampai di rumah kamu, kita ketemu di jalan.. so aku harus pergi lagi..jangan lupa datang ya..” setelah menjawab pertanyaanku Fani langsung bergegas pergi meniggalkan aku, dia menyebrang jalan lagi dan masuk kedalam mobilnya.

****

sesampainya di rumah, ku buka undangan itu. Tepat pada bagian sampul depan bertuliskan nama “Fani Aprilia binti husien” menikah dengan “Hilman Abrata bin Susilo Abrata”. Mataku tak dapat berkedip melihat nama Hilman Abrata yang tertulis dalam undangan itu, kuputar ingatanku ke masa SMA dulu.

****

“ciee..Hilman..ciee..ciee..Fani” suasana kelas saat itu sangat ramai, nama itu yang selalu ku dengar dari mulut teman-temanku di kelas, jujur sangat jengkel rasanya mendengar kalimat-kalimat itu. Ku akui aku memang suka sama Hilman dan aku yakin gak mungkin Hilman menyukai Fani si cewek gendut itu. Setiap pelajaran dimulai aku tahu bahwa Hilman selalu memperhatikan aku, pandangan matanya selalu tertuju kepadaku dan itu yang membuat aku merasa bahwa aku tidak bertepuk sebelah tangan. Saat jam istirahat Hilman selalu mengajak ku makan siang di kantin dan hanya berdua. Tiga bulan kemudian aku tak pernah mendengar kalimat menjengkelkan itu lagi.. tapi yang aku dengar hanya “ciee Hilman sama Biann niihh…” Iya.. aku dan Hilman berpacaran saat itu, pulang sekolah berdua, makan berdua, belajar berdua dan nilai kami disekolah selalu bagus. Beberapa bulan kemudian aku melihat gerak gerik cewek gendut itu yang aku tahu belakangan ini ternyata terdengar fakta bahwa dia sangat menyukai pacarku. Yang ada dipikiran aku saat itu hanya satu “cewek gendut itu bukan selera Hilman, jadi Hilman tidak akan pernah suka!” mungkin saat itu kata-kata dalam hatiku ini yang dapat membuatku tenang. Lama-kelamaan si gendut makin ngelunjak.  Setiap malam dia selalu mengirimkan sms pada Hilman yang isinya “good night,, have a nice dream handsome!!!” Kesalnya aku membaca sms itu “apa maksudnya?” Hilman merasa risih dengan sms-sms itu. Suatu hari ku panggil si gendut untuk menemui aku di toilet sekolah, ku tarik tubuh besar itu dan ku dorong kepojokan. “maksud lo apa sih?? Gangguin pacar orang? Tiap malem sms Hilman!! Gak penting lo!! Sadar dong sama badan!! Lemak semua tuh badan lo!!” aku melihat muka si gendut sangat kesal tapi dia hanya  diam dan menatapku tajam, di dorongnya aku dan si gendut pergi sambil menangis. Sejak kejadian di toilet itu aku gak pernah ketemu lagi sama si gendut.
Akhir sekolah semua murid bersiap untuk dating ke acara Prom Night dan di acara ini aku bertemu dengan FANI. Malam itu aku dan Hilman serasa pasangan paling serasi, aku memakai gaun panjang pink dan hilman memakai jas hitam lengkap, aku serasa putri cantik dengan pangeran disampingku, semua mata tetuju pada kami. Tapi malam yang indah itu menjadi malam paling buruk bagi aku, saat aku masih berjalan menuju meja yang sudah siap untuk aku dan Hilman si gendut itu sudah ada di samping meja ku dengan menatap ke arahku tajam. Si gendut memberiku tissue yang tertulis “toilet!”.  Aku hanya menatap tissue itu lalu aku berbisik pada hilman.
Aku sudah didalam toilet, ku lihat si gendut dengan tenang menatapku. “kamu boleh menghina saya, kamu boleh bilang saya gendut atau apapun! tapi tuhan selalu sayang sama saya dan saya yakin itu. saya memang suka sama Hilman tetapi kamu tidak perlu takut, karena saya tidak akan pernah merebut Hilman dari kamu”. Aku masih terdiam walaupun ada rasa sedikit lega. “tapi kamu harus ingat saya bias mendapatkan apa yang saya inginkan”. Suasana kembali tegang saat aku mendengar kalimat terakhirnya. Saat itu usiaku memang masih 17 tahun aku tau pacaran bukan berarti selamanya aku harus dengan Hilman, tapi aku sangat menyayanginya.

****

ku genggam undangan itu dengan rasa tak percaya. Aku tak percaya Fani akan menikah dengan mantan pacarku yang baru kuputuskan satu tahun yang lalu.

****

aku dan Hilman baru satu tahun yang lalu berpisah, sekarang usiaku 26 tahun, 9 tahun kami bersama tak mudah rasanya melepas Hilman bersanding dengan wanita lain. Bukan dia bukan wanita lain tapi wanita yang dari dulu sangat mencintai Hilman. Aku dan Hilman berpisah bukan karena gadis itu, aku memang merasa jenuh dengan hubungan yang kami lalui, rasanya tak ada yang baru dalam kehidupan kami. Sejak aku dan Hilman berpisah, aku memang sama sekali tak pernah menghubunginya bahkan kami tak pernah bertemu, Hilman pun menghilang tanpa kabar, jujur saat berpisah dengannya rasa cinta untuk Hilman masih terlalu besar. Dan sekarang apa mungkin aku harus menghadiri pesta pernikahan mantan pacarku yang masih kucintai?

****

Sekarang tanggal 20 april 2009, aku sudah berdiri di depan pintu utama gedung dimana resepsi pernikahan digelar.  Aku datang seorang diri dengan gaun hitam selutut dan sepatu hitam, entah mengapa hari itu aku memilih gaun hitam untuk membalut tubuhku. Ku tatap kedua mempelai dari jauh, mereka terlihat sangat bahagia, sebuah pesta megah dan mewah dengan sentuhan warna perak dan pink yang menambah cantiknya gedung itu. Aku melihat semuanya dengan jelas, ku pejamkan mataku lalu ku simpulkan senyuman kecil dari bibirku. Aku mengedarkan pandanganku mencari buku tamu dan menuliskan namaku pada buku tamu itu.
Aku berjalan menuju mobilku yang terparkir agak jauh dari gedung lalu masuk kedalam mobil. Air mataku jatuh tanpa ku sadari, ku tatap sebuah undangan sederhana yang cantik berwarna putih diatas bangku sebelah ku, ku buka undangan itu .

SAMPLE :

Hilman Abrata bin Susilo Abrata dengan Bianca Salsalia binti David Hanse
     
                                             20 APRIL 2009


Ket : cerita ini fiktif (ini salah satu cerpen Asmirandah yang dibuat pada tanggal 20 april 2009) 
        nama dan tokoh yang ada pada cerpen ini pun fiktif.




7 komentar:

  1. bagus ceritanya,lbh bagus lg klo di film minikan......

    BalasHapus
  2. hehe makasih ya.. amin, insya allah kalau ada yg tertarik

    BalasHapus
  3. KK... beneran nih yang nulis KK ............

    BalasHapus
  4. kk bagusss banget sukaaaaaa :))

    BalasHapus
  5. keren kak,, tingkat kan,,,
    wah,, udh cocok nih d film kan... heehe

    BalasHapus
  6. wah kak ...
    gk bosen q baca cerpen yG kakak buat .. :)

    BalasHapus
  7. mantap andah,,teruskan,,hehehehe

    BalasHapus