Kamis, 19 Mei 2011

KESALAHPAHAMAN membuatku BELAJAR



Aku berdiri di depan toko kue, ku tarik tangan Chika dan masuk kedalam toko kue. Begitu melihat pelayan aku langsung menghampirinya.

Diana : “saya mau strawberry cheesecake, kamu mau apa?”

Chika menoleh kearah meja kue, dan menunjuk.

Chika : “Chocolate cake”.

Diana : dibawa ya mbak.

Pelayan langsung membungkus kue tersebut, setelah membayar Aku dan Chika pergi keluar dari toko kue.

Diana : “makan di rumah ku ya”

Chika mengangguk, kamipun berjalan dipinggir jalan sambil bergandengan tangan.
***

Setelah sampai di rumah, aku mempersiapkan meja taman belakang dan kami duduk berdua sambil menikmati kue yang kami beli.

Chika : “kenapa kamu pilih Strawberry cheesecake?”

Aku menjawab dengan mulut mengunyah sendokan pertama kue.

Diana : “karena hidup aku seperti kue ini, diluarnya nampak cantik, indah, hiasan yang menggiurkan, tapi ketika strawberry ini kamu gigit rasa asamnya terasa, dan jika kamu memakan kue ini dengan kondisi tidak dingin dia tidak akan enak dan tidak bisa tahan lama.. kamu kenapa suka coklat?”

Chika terdiam, wajahnya menunduk.

Chika : “karena nenekku suka coklat”

Aku terdiam lalu tersenyum sambil mengangguk. Aku memang baru mengenal Chika, dia anak baru dikantor ku. Aku melihat sosok Chika yang kurang bergaul, sering menunduk dan terlalu serius, aku mencoba mendekati Chika agar tahu latar belakangnya. Karena aku rasa kehidupan Chika sama seperti hidupku, tidak senormal kehidupan orang lain.

Aku berusaha menghibur Chika dengan beberapa lelucon yang ku ingat-ingat semasa sekolah, namun ketika kami tertawa lepas, tawa kami terhenti ketika Ayahku masuk kedalam rumah dengan merangkul seorang perempuan. Ayahku hanya menatapku sesaat dari kaca jendela dapur lalu pergi begitu saja. Aku menangkap air wajah Chika yang penuh dengan pertanyaan, aku hanya tersenyum sambil menawarkan minum, Chika hanya mengangguk sambil meminta air putih. Aku masuk kedalam rumah.

Didalam rumah, aku mendengar suara gelak tawa perempuan yang Ayahku bawa tadi, suara dari lantai atas itu terdengar sampai lantai dasar, aku hanya menghela nafas sambil menuang air putih kedalam 2 buah gelas.

***
kembali ditaman belakang…

Kini aku tengah mendengarkan cerita hidup seorang Chika, ia bercerita bahwa neneknya hidup bersamanya sejak orang tua Chika meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang. Namun bukan sekedar itu, Chika harus menghadapi kenyataan bahwa selama 15 tahun ini neneknya mengidap penyakit penurunan fungsi saraf otak, yang membuat neneknya merasa seperti anak remaja usia 17 tahun, dimana seakan neneknya sedang merasa jatuh cinta dan menganggap Chika adalah sahabatnya bukan cucunya. Setiap siang Chika harus menerima telepon dari neneknya yang selalu bilang bila dirinya sedang jatuh cinta. Dan dirumah Chika harus menghadapi neneknya yang seperti adiknya. Cerita terhenti ketika telepon genggam milik Chika berdering.

Chika : nenek.

Diana : besarkan suaranya, aku mau dengar.

Aku menyimak pembicaraan Chika dengan neneknya :

Nenek : Chika, kamu dimana? Aku bertemu dia hari ini, dia datang mengantarkan bunga, menemani aku berjalan di taman komplek dan dia mengajarkan aku naik sepeda.

Chika : aku masih dirumah temanku, sebentar lagi aku akan pulang.

Nenek : cepat kamu pulang, aku punya banyak cerita untukmu hari ini.

Dan Chika menutup teleponnya.

Chika : maaf ya Na, aku harus pulang.

Aku mengangguk mengerti, ku antar Chika sampai berjalan hilang di belokan jalan rumah.

***
aku membereskan piring dan gelas yang tadi ku pakai, manaruhnya kembali kedalam rak dengan rapi, tak lama Ayahku dan perempuan itu turun, Ayahku mengantarkan perempuan itu sampai depan pintu dan kemudian menutup pintu begitu saja. Aku menatap Ayah tajam, pikiranku penuh pertanyaan dan Ayah hanya bilang “sekertaris”, aku hanya membulatkan bibirku “ooh”.

***
Selama ini aku memang hidup dengan Ayahku, sejak Ibuku meninggal 5 tahun yang lalu, komunikasiku dan Ayah tidak pernah berjalan baik. Kami seperti orang asing yang hanya mengenal sebatas nama, dan jabatan. Bisa dikatakan kami tak seperti layaknya Ayah dan Anak, aku selalu bertengkar dengan ayahku saat aku tahu bahwa Ayahku menjadi suka minum dan banyak bermain dengan banyak wanita. Itu yang tidak dapat aku terima, Ayah berubah setelah Ibu pergi. Bagiku ini tidak masuk akal, aku selalu berusaha bicara padanya tapi Ayah sangat menutup rapat-rapat mulutnya, baru ditahun ini ia agak sedikit bicara walaupun hanya sepatah atau dua kata.

Sempat aku bertengkar hebat dengan Ayahku, saat itu ulang tahunku, Ayah tidak mengucapkan apapun padaku, Ayah hanya menatapku lalu pergi meninggalkan rumah selama seminggu, setelah aku tahu ia pergi bersama banyak wanita, aku marah luar biasa, aku sangat kecewa dengan apa yang beliau lakukan.

***

Saat ini aku duduk berhadapan dengan Ayahku di ruang tengah, Ayah memberikan aku sebuah amplop. Dan aku membukanya.

Diana,

Maaf hanya bisa dengan surat ini Ayah menjelaskan semua yang terjadi.

Kemudian Ayah memberikan amplop lainnya.

Dear Diana,

Ayah tahu lima tahun belakangan ini kau sangat kesepian tanpa hadirnya seorang ibu, Ayah masih ingat jelas pertengkaran hebat dimana kamu memarahi Ayah karena Ayah bermain dengan banyak perempuan. Ayah tahu telah banyak melakukan kesalahan, tetapi kamu perlu tahu.. Ibumu tak akan pernah tergantikan oleh siapapun, sebelum Ibumu meninggal kenyataan pahit yang harus Ayah dapati adalah Ibumu meninggal dalam kecelakaan bersama kekasihnya. Mungkin kamu ingat seorang pria paruh baya yang ada saat Ibumu meninggal, dikamar rawat.

Aku mencoba mengingatnya,.. benar! .. Ayah benar! Aku ingat, seorang pria berusia sama seperti Ayahku menemani Ibuku sebelum aku dan Ayah sampai di rumah sakit, dan sebelum meninggal Ibu menggenggam tanganku sambil berucap “maafkan Ibu, tolong jaga Ayahmu”.

Jika kau sudah mengingatnya, apa kau bisa merasakan apa yang Ayah rasakan saat ini? Ayah tidak melakukan hal yang macam-macam dengan perempuan yang selama ini bersama Ayah, Ayah hanya ingin mencari pengganti Ibumu, Ayah hanya ingin berusaha yang terbaik untukmu, tetapi Ayah salah. Apa yang Ayah lakukan tidak pada tempatnya. Dan sekarang Ayah menyesal, Ayah sempat tidur dengan satu perempuan dan perempuan itu bukan perempuan baik. Jika kamu melihat perubahan pada tubuh Ayah, saat ini kau harus tahu bahwa Ayah sakit. Dan Ayah sangat menyesal, Ayah mohon.. maafkan Ayah.

Tulisan dalam surat terhenti, Aku terdiam memikirkan maksud Ayah, Ayah memberikan aku amplop selanjutnya, Amplop yang berbeda dengan amplop sebelumnya. Dan sangat terkejut saat aku membaca bahwa itu adalah surat keterangan dokter yang menyatakan bahwa Ayah menderita “AIDS”. Aku menatap Ayah, airmataku berjatuhan tak dapat kutahan, kubuang semua surat dan aku berlari keluar rumah.

***

Aku berlari disepanjang jalan, menahan isak tangis yang membuat nafasku tak menentu.  Entah harus kemana aku berlari, aku hanya membutuhkan tempat yang tenang untuk sesaat menenangkan fikiranku.

***

aku telah sampai didepan rumah Chika, aku melihat wajah Chika yang bertanya-tanya menatap wajahku yang tentunya tidak karuan. Aku juga melihat Neneknya yang sedang sumringah menatap setangkai bunga di tangannya, aku mencoba menyapa Nenek tetapi tak ada jawaban.

Kepada Chika aku tak bisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, karena Chika terlalu sibuk mengurus neneknya yang menurutku tepat seperti orang yang memiliki gangguan jiwa, tapi aku melihat wajah Chika yang menemani Neneknya tanpa beban, Chika ikut tertawa, ikut menari bahkan mendengarkan cerita neneknya tanpa lelah.

Apa yang Chika lakukan pada Neneknya seharusnya apa yang aku lakukan pada Ayah, aku terdiam menatap pandangan yang membuat mataku kembali berair, pandangan yang merubah fikiranku, dan saat itu aku hanya memeluk Chika dan pamit untuk kembali pulang.

***

Sesampainya dirumah aku melihat Ayahku sudah didepan pagar dengan beberapa tas ditangannya.

Diana : Ayah mau kemana?

Toni : Ayah akan pergi, agar kamu tidak tertular. Maafkan Ayah.

Diana : Ayah pergi begitu saja meninggalkan Ana? Tidak merasa bersalah?

Ayah hanya terdiam, aku berlari memeluk Ayahku.

Diana : Ana yang seharusnya minta maaf sama ayah, seharusnya Ana bertanya pada ayah baik-baik, bukan langsung marah dan menuduh ayah. Dan ayah, Ana tidak ingin ayah pergi, karena penyakit ayah tidak membuat Ana menghindari ayah, walaupun kita tetap harus menjaganya, tapi Ayah tidak akan pernah tergantikan, biarkan Ana merawat ayah, dan janji sama Ana ayah tidak berhubungan dengan wanita manapun lagi.

Ayah tersenyum padaku dan mengangguk.

Toni : Ayah janji.

Aku memeluk Ayahku dengan erat.

***
Ayah meninggal pada usia 72 tahun, dimana tubuhnya terlihat sangat kurus namun kulitnya tetap terawat, begitupun dengan Nenek Chika, beliau wafat terlebih dahulu. Dan kini aku dan Chika membuka Rumah sakit untuk membantu para pasien penderita penyakit yang memerlukan bantuan dan perhatian ekstra.

Minggu, 15 Mei 2011

Cookies..

Aku memasukan butter atau mentega secukupnya (kira2 lebih dari setengah dari 1 kotak butter) ke dalam mangkuk besar dengan bahan plastik tebal, diaduk atau bisa menggunakan mixer sampai lembut, masukan 2 butir kuning telur, gula (halus atau pasir) aduk sampai rata, perlahan masukan tepung terigu berprotein sedang (sesuai banyaknya kue yang akan di bikin), mengaduknya dengan tangan lebih akan terasa enak dibandingkan dengan alat bantu (sendok dan lainnya) aku masukan bubuk cocoa (bubuk coklat sebagai perasa dan warna) lalu aku memasukan 2 tetes perasa almond, masukan coklat chips kecil diaduk perlahan (pakai perasaan). setelah terasa lembut dan sudah merasakan adonan cukup rasa manisnya, aku membentuk adonan menyerupai kepingan koin dengan ukuran agak besar. setelah aku membentuk semua adonan, sampai adonan tidak tersisa, aku memasukan bentuk adonan tersebut kedalam loyang yang sudah dialasi kertas kue.


Aku menata adonan dengan memberikan jarak agar hasilnya tidak menempel, setelah itu ku masukan loyang kedalam oven yang sudah dipanaskan terlebih dahulu, tidak terlalu lama hanya kurang lebih 15 menit menunggu sampai coklat cookies matang dan siap dinikmati. 

__SELAMAT MENCOBA :)__

Enjoy your Life



Ketika anda berjalan bersama saya dengan melangkahkan kaki kanan dan kiri menapaki jalanan kecil dengan taman berbunga yang mengelilingi..apakah anda yakin bahwa hari itu anda telah bersama saya untuk sesaat, semenit, sejam, sehari, seminggu, sebulan, setahun atau selamanya..
Apakah anda yakin bahwa setiap detik yang berpindah itu adalah gambaran kecil dari dunia kehidupan. apakah anda tahu bahwa setiap nafas manusia yang berhembus didunia ini adalah nafas dengan banyak harapan?
Harapan untuk hidup, harapan untuk selalu mendapatkan keinginan yang terbaik. dan kini apakah dapat anda gambarkan apa yang akan anda pilih?
Apa yang anda pahami?
Memilih untuk diam atau memilih untuk maju?
Memilih untuk damai atau bertempur?
Memilih untuk berjuang atau diperjuangkan?

__ENJOY YOUR LIFE__

AKU


***
Ketika aku merasa aku sudah benar..
Aku telah dewasa, aku bisa mengerti..
Aku bisa memahami, aku telah belajar..
itu hanya alasan dalam fikiran ku..
pelajaran hidup yang ku alami berbanding terbalik dengan apa yang ku fikirkan dan kenyataan.
apa yang benar menjadi salah, dan apa yang salah menjadi benar (dalam fikiran).
ketika seseorang meminta ku menggunakan hati untuk membantu menenangkan semua fikiran, aku mencobanya dengan perlahan.
walaupun berat, tapi ini adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik, bahkan menjadi baik yang sesungguhnya, bukan karena diminta, bukan untuk diminta, tetapi untuk diri sendiri dan untuk semua orang.

***
Aku berusaha mengesampingkan apa yang ada didalam fikiran..
Menghapus puluhan tahun fikiran dan prinsip yang sempat dimiliki.
Menatap langit-langit yang dilintasi pelangi tanpa warna.
Menghadapi setiap langkah tanpa kicauan burung.
Merasakan senyapnya dunia yang seolah berpaling.
Dan aku ingat sebuah janji yang berbunyi :

"Jika kau berhasil semua akan lebih indah dari imajinasimu yang lebih gila dari fikiran orang lain"

Aku hanya duduk termenung mengartikan maksud kalimat, kata demi kata.
Menikmati alur cerita yang dibuat untuk mengingatkanku setiap tanda tebal, garis bawah dan keterangan.
Menikmati bait demi bait lirik yang tertulis begitu banyak makna.
Menyentuh bagian dasar bumi untuk membantuku menghadapi perjalananku dan belajar memahami semuanya dengan bersyukur kepada Tuhan.

***

Sabtu, 26 Maret 2011

Aku mencintaimu ibu..



Meringis jiwaku saat melihat mereka menyingkirkan segumpal darah bernyawa.
Teriris hatiku saat mendengar berapa banyak anak yang ditelantarkan.

Anak adalah anugerah,
Diinginkan, tidak diinginkan..
Dicintai, tidak dicintai..
Namun mereka tetap Anugerah..

Setelah melakukan kesalahannya, setiap hati seorang ibu akan selalu menyesal.
Lalu apa penyesalan dapat merubah semuanya akan menjadi lebih baik?
TIDAK.

Berapa banyak nyawa lagi yang harus dikorbankan? Berapa banyak nyawa yang harus menangis?

Apakah tidak bisa kita merasakan denyut nadinya..
Mendengar tangisannya..
Melihat langkah kaki kecilnya..

Apakah kita tetap bisa melihat tawa kecilnya?
Tatapan matanya, dan senyuman termanisnya?

Beberapa pasangan bertahun-tahun mendambakan mereka..
Tetapi pasangan lain membuang mereka, sebenarnya mereka berteriak “aku mencintaimu Ibu”

Cintai mereka sebelum dan sesudahnya, maka mereka akan menjadi anugerah terindah, karena mereka adalah yang terindah dari segalanya yang terindah.


Cintai mereka sepenuh hati


Mereka tak pernah memujiku,
Mereka tak pernah membenciku,
Mereka tak pernah mentertawaiku,
Tetapi mereka mencintaiku..

Sejak kecil mereka menemani setiap langkahku tanpa mengeluh, walaupun keringat menetes dari tubuh mereka.

Mereka selalu menyanyikan lagu tidur, seakan aku tak pernah terjaga dan selalu terlelap dalam tidurku saat mereka mengalami mesalah, dan mereka menjagaku sampai aku dewasa.

Keterbukaan kami membuat cinta kami selalu membuat keadaan buruk menjadi baik, yang sedih menjadi bahagia, dan tentu tak mudah menatanya..

Kami berjuang bersama dalam hidup, mengalami lika-liku, kesakitan, kepedihan yang selalu kami bagi bersama untuk memecahkan segala masalah dengan mencari alasan dan memperbaikinya.

Keluarga adalah segalanya, beruntungnya jika keluarga lengkap dengan cinta yang indah.

Pasti akan banyak kenangan bagi setiap keluarga yang tak lengkap, maka nikmatilah dengan kasih sayang sepenuhnya.

Jangan sia-sia kan orang tua, karena restu, do’a dan kata-kata mereka sesungguhnya adalah petunjuk jalan terbaikmu.. karena tuhan menitipkan mu pada mereka..

Untuk seluruh orang tua dan keluarga diseluruh dunia,


Aku membutuhkanmu..




Aku tak sepintar pencipta lagu yang dengan mudah menemukan kata dengan melodi.

Aku tak sepintar penyair yang bisa menghayati setiap syair dengan perasaan.

Tapi yang aku rasakan ini adalah pasti. Aku merasakan sesuatu..
Maka maafkan jika ada beberapa baris kalimat yang aneh.

Kau bukan hanya memindahkan isi tasku..
Bukan hanya memindahkan isi pikiranku..
Tetapi kau membawa aku kembali dari masa laluku.

Dan aku tidak percaya, sampai “Dia” bilang : Tenang!

Meskipun aku  tahu dari catatan sejarahku, aku bukanlah yang terbaik, yang aku minta hanya “jangan lepaskan aku”.

Aku yakin pada setiap kisah yang sama, bertahun-tahun aku bahagia hidup di dalam kenangan dan kejayaan yang lalu.

Tetapi kau memberikan aku alasan untuk bangkit kembali..
Kini aku membutuhkanmu walaupun kau hanya memberikan aku bunga potongan setiap bulan.



Terimakasih atas setiap waktu yang selalu kau berikan.
Terimakasih untuk setiap waktu yang kau luangkan untuk mendengarkan keluh kesahku.

INDONESIA, Aku Cinta..




Aku masih melihat anak-anak merengek meminta makanan, anak-anak yang ingin sekali bersekolah dengan harapan dan air mata yang berlinang.

Aku masih melihat orang-orang tua yang duduk dipinggir jalan.. menaikan tangan mereka dengan PASRAH atau TERPAKSA.

Mengapa?
Mengapa?
Mengapa mereka?

Apakah tidak cukup bantuan dari negri untuk mereka? Apa yang bisa kita lakukan untuk mereka? Apa yang harus kita benahi untuk negri tercinta..

Apa?
Apa?
Apa semua akan menjadi baik?

Bagaimana caranya agar setiap orang memiliki satu pikiran untuk memikirkan kekurangan bangsa dengan membenahi segala penyebab kekurangan tersebut.

Bagaimana?

Apakah kami harus berdiam diri, berpangku tangan sambil memandang kosong tanpa menoleh?

Dengan menghormati yang terdahulu,
Jiwa muda harus menunjukan, Bangkit!, bangkit bersama! Berjuang untuk negeri Indonesia.
Diawali dengan pencerminan pada diri sendiri, percaya! Mampu!

to : Indonesiaku

Wanita tua disebrang




Setiap pagi, saat matahari masih malu-malu menatap langit, aku melihatnya keluar dari pintu kayu rumah itu, ia menyibakkan beberapa kain beraroma jamu.

Di siang hari, ia selalu menyisakan sepiring nasi untuk dikeringkan dan diolah menjadi makanan ringan.

Dan langkah kakinya selalu beriringan dengan irama sapu lidi setiap sore, menyingkirkan daun-daun yang kering bernuansa coklat.

Malam hari, tak pernah ia melewatkan waktu untuk selalu duduk di depan terasnya di kursi goyang sambil memandang langit gelap yang bertabur bintang setelah sholat isya.

Jumat, 25 Maret 2011

Aku merindukanmu..


Apa artinya seorang sahabat?
Apa artinya teman kecil?
Apa artinya saudara?
Apa artinya teman berantem?
Apa artinya teman yang baik?
Apa artinya sayang, tertawa, bercanda, menangis, sakit, bahagia?

Susi Andriati Purti, ketika aku menulis nama ini.. saat ini air mataku mengalir deras, dia adalah gadis kesayanganku, teman kecilku, sahabat terbaikku, saudara tercintaku, teman bertengkar, teman yang baik, berbagi kasih sayang dalam canda dan tawa, berbagi kesedihan dan duka, dan itu membuat kami bahagia.

Dia bukan sekedar sahabat, bukan sekedar saudara, dia adalah seorang gadis yang memiliki hati yang lembut, tak pernah ingin ia menyusahkan orang lain, tak pernah ingin membuat repot orang tua dan keluarganya. Gadis yang cantik dengan hati yang baik, menyimpan banyak kenangan bersamanya membuat aku selalu merindukannya.

Pernah sewaktu ketika saat aku dan susi bermain di rumah, saat itu usia kami masih 6 tahun, kami bisa bermain di dalam kamar seharian, kami menggunakan boneka –boneka yang seakan-akan mereka adalah keluarga kami.  Aku dengan boneka teddyku adalah sepasang adik-kakak, Susi dan boneka Loly adalah anak dan ibu, kami bisa bermain masak-masakan, kadang kami membuat tenda diatas tempat tidur dengan kain-kain, kami juga bisa membuat seakan-akan kami naik kesebuah mobil angkot dengan berpenumpang yang penuh, ada panda,beruang,kelinci (boneka).

Dalam urutan keluarga Susi adalah sepupuku, dan kami lebih dekat dari sekedar seorang sepupu. Kini aku hanya bisa menatap fotonya, berharap aku akan bertemu dengannya, entah itu kapan. Aku hanya bisaberharap dan selalu mengirimkannya do’a.

Senyum terakhir yang aku lihat, saat aku tahu Susi masuk rumah sakit yang katanya : karena tifus, namun pihak keluarga agak curiga bahwa sakit yang dideritanya bukanlah penyakit biasa, bahkan terdengar kabar bahwa dokter bilang hidupnya sebentar lagi. Aku datang menemui Susi hanya bisa memberinya semangat sambil melontarkan beberapa candaan “harus sembuh loh… kalo gak tonjok nih” ..aku melihat senyum dan mendengar tawanya, lalu dia berkata “iya.. aku sembuh.. ini juga sebentar lagi sembuh.. nanti mau kerja sama andah ya” aku tersenyum, entah apa perasaan yang aku rasakan, karena dibalik senyumanku hatiku seperti teriris. Aku melihat Susi sangat berubah, dia sudah memakai jilbab, dia menjadi sosok gadis yang cantik, namun tubuhnya kurus sekali.

Selang beberapa minggu dari aku menjenguknya, aku pergi keacara syukuran tempat temanku, dan malam itu kurang lebih jam 8 malam, mama menelepon ku dengan mengatakan “Susi telah pergi” aku hanya menggantungkan telepon genggamku dikuping sambil berjalan keluar pintu pagar sambil menangis. Betapa menyesalnya aku, aku tak dapat melihatnya untuk terakhir kalinya, karena dari acara temanku aku harus kembali bekerja di lokasi shooting, sepanjang malam itu tak berhenti aku menangis. Keesokan paginya aku berusaha kerumah Susi untuk melawat, aku melihat mama dan papa nya yang berusaha tegar, walau hati mereka sangat pedih, kehilangan anak pertamnya.

Dan saat aku menulis ini aku sangat merindukannya.


Kanker yang dideritanya karena perokok pasif mengambil nyawanya diusia 21 tahun, dan kami dengan tegar menyebutnya adalah takdir, kami tak bisa merubahnya. Perempuan cantik ini telah membekaskan kenangan yang paling indah dalam hidup kami termasuk dalam hidupku.

Kau selamanya dihati kami,

LOVE : ndah

Rabu, 02 Maret 2011

CERPEN : "dia tetap PAPA yang LUAR BIASA"

Kenapa harus ada anak kecil di dunia ini?

Kenapa harus melihat seseorang tumbuh dengan hal yang sangat menjijikan, tidak punya pendidikan, jorok, kotor…. AArrrrggghhhhh!!! gue paling benci kalau ada anak kecil yang buang air kecil sembarangan apa lagi sampai memuntahkan susu yang telah diminumnya.

Entah kenapa gue paling gak suka sama anak kecil, ya pokoknya anak kecil dari bayi sampai umur 15 tahun, dan untungnya gue anak satu-satunya dan gak punya adik. Gue tau, gue pernah dilahirkan dan itu artinya gue pernah juga jadi anak kecil, tapi menurut gue, gue adalah bayi yang bersih dan terdidik (sorry kalo agak kasar, tapi ini pendapat gue).

Sekarang umur gue 32 tahun, nyokap-bokap gue udah nyuruh gue buat nikah, mereka bilang, mereka pengen banget nimang cucu.. ahh.. boro-boro nikah, pacar aja gue gak punya. Selama ini setiap gue pacaran sama cewek, mereka pasti ngomongin soal pernikahan dan anak, huh! Okelah, nikah boleh..tapi anak? gue mikir lebih dari seribu kali untuk mikirinnya.

***

Siang itu gue ada acara di apartemen temen gue : Jhonny, dia ngundang beberapa teman dekatnya (termasuk gue) untuk ngerayaain anaknya yang ulang tahun ke satu tahun. Dan hari itu adalah hari yang membuat prinsip hidup gue lebih mateng. GUE GAK MAU PUNYA ANAK!.

Di apartemen Jhonny, gue ketemu orang-orang yang hampir semuanya sudah berkeluarga, sudah punya anak tentunya, sedangkan gue masih bujangan. Gue liat anak-anak itu main dengan air liur mereka, mencolek-colek kue koklat lalu memakan kue coklat itu (ini yang gue maksud dengan tidak terdidik) apa gak bisa orang tuanya ngelarang mereka berlaku seperti itu? Sedangkan anak-anak lainnya ada yang nangis (super kencang) dan yang paling gak enak dipandang, pas banget gue lagi makan istrinya Jhonny lagi bersihin pampers anaknya yang sudah penuh dengan kotoran anaknya.. (sial, kenapa juga gue harus liat!).

Okey, gue rasa hari itu sudah cukup hidup gue dipusingkan dengan kebisingan suara teriakan dan tangisan anak kecil, intinya anak kecil itu menjengkelkan.

***

Malamnya gue pulang kerumah dengan tampang gak enak, muka gue kusut dan rambut gue berantakan, baru aja gue sampe didepan pintu tiba-tiba seorang cewek membuka pintu dan kaget melihat gue (pikir gue : apa gue salah rumah?) gue liat keliling komplek, (bener ah, ini rumah gue) dan cewek itupun tiba-tiba tersenyum, gue bales senyum dengan sekilas lalu cewek tadi keluar dari teras kearah jalan, dan terlihat sebuah mobil terparkir disana (oohh.. mungkin anaknya temen nyokap atau bokap gue).

Dan begitu gue masuk rumah, nyokap-bokap gue segera manggil gue, dan mengenalkan gue sama tante Clara dan juga suaminya (kata nyokap : tante Clara itu temen SMAnya dulu) okay than, gue naik keatas untuk bersih-bersih.

***

Gak perlu waktu lama untuk bersih-bersih, yang penting gue ganti baju dan pakai parfum, hhmm cuci muka deh. Selesai itu gue langsung turun lagi untuk gabung ngobrol sama mereka diruang tengah, dan sekarang gue lihat jelas cewek itu (anaknya tante Clara) dia duduk dihadapan gue, dengan dress selutut warna merah, kulitnya yang putih bikin warna merah itu masuk banget ke kulitnya. Semakin dekat gue lihat, makin enak dipandang, dia cantik.. kalau harus gue ibaratkan mungkin kecantikannya sejajar dengan Natalie Portman (jujur, mukanya indo klasik, soalnya tante Clara juga bisa dibilang cantik).

sekarang gue tahu maksud kedatangan tante Clara, dia mau ngejodohin gue sama anaknya, ya tentu lah orangtua gue seneng, selain dapet menantu cantik, mereka juga sudah kepingin banget gue nikah dan lagi-lagi gue ucapkan “PUNYA CUCU”, masih jaman ya? Jodoh-jodohan? Belum tentu juga gue cocok sama nih cewek.

***

Dua minggu berlalu, jujur aja ternyata setelah gue jalanin masa pendekatan gue sama cewek ini, gue merasa nyambung banget.. eh sorry, gue belum kenalin dia (nama nya Anggie) panggilannya “Ann”, gue ngerasa cocok sama Ann, dia cewek yang bisa apa aja menurut gue, jago masak iya, kalau karokean suaranya bagus, dia jago berpuisi (gue pernah liat tulisannya di blog) dan dia juga seorang dokter yang cantik, (gak bosen memujinya setiap hari).

Hari ini gue jemput Ann dari kliniknya, gue mau coba bicara serius sama dia, rencananya gue mau ngajak dia kesebuah restaurant yang jauh dari kesan ramai, bukan di mall, bukan di kemang, tapi gue ajak dia ke restoran di kota.

Resto :

Gue pilih tempat yang paling nyaman, dengan suasana latar pemandangan dengan lampu-lampu Jakarta.

Ann : tempatnya bagus, kok kamu tahu ada resto di kota seperti ini?

Radit : (hehe) ya tau lah.. search di internet..

Ann pun tertawa menatap gue..

Ann : kamu mau bicara apa dit?

Radit : Tentang hubungan kita Ann, mungkin to the point aja ya, aku tuh memang mau banget nikah, aku jalan sama kamu ini memang dalam bentuk keseriusan aku. Ya mungkin awalnya aku pikir kenapa juga kita harus dijodohin sama orang tua kita? Toh, seharusnya kita bisa kenalan sendiri..

Tiba-tiba Ann tertawa kecil dan menghentikan pembicaraanku.

Ann : tunggu-tunggu, dijodohin? Siapa? Aku sama kamu? (haha) dit, kita itu gak dijodohin, mama aku memang temennya mama kamu, mereka mau ketemuan karena udah lama banget gak ketemu, aku anterin mama karena kebetulan hari itu aku gak ada praktek di klinik aku, mereka gak ada maksud jodohin kamu sama aku kok, justru sebelum kamu pulang, mama kamu minta aku untuk cariin kamu pacar.

Sumpah, malu banget gue….

Radit : jadi selama ini? Kita jalan begini? Maksudnya apa? Respon kamu?

Ann : dit, karena kamu to the point, aku juga to the point. Awalnya aku memang berniat sekali jodohin kamu untuk temen-temen aku, tapi setelah aku sering berkomunikasi sama kamu, aku rasa kamu nyambung sama aku, aku juga sering banget dengerin kamu siaran diradio, dan itu salah satu alasan yang bikin aku merasa klik sama kamu.

Gue tersenyum lebar, nih cewek kalau udah ngomong bisa berhentiin detak jantung dan nafas gue, gue cuma lihatin bibirnya (senyumannya) dan matanya (tatapannya itu tajam).

Ann : contohnya saat ini, kamu ajak aku dinner dan kamu bicarain soal hubungan kita.

Gue merasa, sepertinya ini cewek jodoh gue, tanpa basa-basi gue pegang tangannya.

Radit : Ann, kenapa kita gak coba pacaran aja?

Ann terdiam saat itu, dia hanya menatap gue, dan tiba-tiba dia tersenyum.

Ann : mungkin memang lebih baik kita punya .. status seperti itu.

(haha) walaupun gue nembak dia gak romantis, tapi suasana resto ini mendukung banget.

***

Gak terasa waktu berjalan secepat roda berputar, sekarang gue dan Ann sudah menjalin hubungan kami selama empat bulan.  Dan tekat gue makin bulat, gue rasa memang sudah waktunya gue bilang sama Ann tentang prinsip hidup gue, gue ajak Ann pergi ke daerah pantai, gue parkir mobil gue dan kita tetap didalam mobil. Ann terdiam dengan masih menatap gue, dia senyum dan memeluk gue, eraaattttt banget.

Radit : Ann, kita kan udah cukup berjalan lama. Kamu ngerasa pengen nikah gak sih sama aku?

Ann melepas pelukannya.

Ann : (haha) kamu serius?

Radit : aku serius Ann.

Ann : trus? Kamu ngajak aku nikah nih?

Radit : ya iyalah Ann, ngapain ditanya lagi?

Ann : kita nikah, hidup sama-sama, punya anak… dan

Sebelum Ann melanjutkan, gue langsung potong.

Radit : gak untuk anak!

Ann : maksud kamu?

Radit : An,, berapa kali sih aku harus bilang sama kamu?? Kalau aku gak mau punya anak!

Ann : (mulai sewot) okey..okey dengan alasan kamu yang macam-macam itu kan? Gak suka liat anak kecil ngompol, muntah, kamu jijik lah sama mereka. Kamu nyadar gak sih? Aku juga dulu anak kecil, kamu juga dulu pernah jadi bayi.

Radit : iya aku tau. Sekarang gini deh, kamu mau nikah sama aku atau gak??

Ann terdiam saat itu, gue juga ikut diam, gue akui, gue udh bentak Ann dan itu terlalu kasar.

Ann : aku butuh waktu untuk berfikir.

***

Sejak hari itu, hubungan aku dan Ann tidak sebaik dulu, komunikasi kami jadi berkurang (okey.. aku mulai merubah menggunakan bahasa Aku-Kamu setiap bicara dengan orang, mungkin ini pengaruh dari Ann) Ann juga selalu bilang butuh waktu sendirian, dan gak mau diganggu. Sedangkan aku tetap menjalani kehidupan sedia kala.

………..

Malam itu sesampainya aku dirumah, aku melihat mobil Ann sudah terparkir didepan pagar, aku cepat-cepat turun dari mobil dan masuk kedalam, ternyata Ann menunggu aku di teras depan, Ann bilang dia hanya mau bicara sebentar. Jujur saat itu aku deg-deg kan, apa keputusan yang diambil oleh Ann.

Ann : waktu aku gak banyak. Aku cuma mau bilang, aku … aku mau menikah sama kamu.

WHAT??? Aku gak percaya dengan kalimat itu.

Radit : boleh bilang sekali lagi Ann?

Ann : aku mau menikah dengan kamu.

Radit : sekali lagi aja Ann..

Ann : aahhh,,, Adittt…

Radit : Plisss..

Ann : aku sayang sama kamu dit, aku mau nikah sama kamu.

Saat itu juga aku peluk tubuh langsing Anggie dengan sangat erat, aku gak percaya dia datang untuk memutuskan menikah denganku.

***

Percaya gak percaya, hari ini aku dan anggie resmi menjadi suami istri. Dan kami tinggal dirumah kami sendiri, rumah mungil yang cantik dengan halaman yang agak luas, sepi dan hening, dengan udara yang masih sejuk. Kami membentuk rumah tangga yang sederhana, tapi sayangnya malam pertama kami gagal karena Anggie setelah akad nikah harus datang bulan, jadi kami harus menunda.

Tapi, malam ini aku bersiap berhubungan dengan istriku, Ann terlihat sangat cantik malam ini, aku mengajaknya tidur dan mematikan lampu.. apa yang terjadi? Aku gak bisa certain ditulisan ini.

*suasana gelap : tempat tidur

Ann : sayang, kamu pakai kondom ya?

Radit : aku kan udah bilang, aku gak mau punya anak!

Dan aku mendengar Anggie menghela nafas agak kesal.

***

Dan memang luar biasa, pernikahan itu memang sesuatu yang sangat harus dilakukan oleh setiap pasangan, kalian akan merasakannya setelah menikah nanti, kami sangat bahagia sekali, Anggie memang seorang wanita yang sempurna. Namun kebahagiaan itu menjadi bencana untuk diriku ketika suatu pagi Anggie bilang padaku kalau dia HAMIL.

Radit : kok bisaaa????

Ann : dit, kita kan sering banget melakukannya, mungkin aja kondom kamu bocor, atau waktu kita melakukannya di kamar mandi?

Radit : ah, gak mungkin.

Ann : dit, gak ada yang gak mungkin di dunia ini.. lagian kamu kenapa sih takut banget? Toh kita gak dosa, aku sama kamu itu suami istri yang SAH, jadi wajar kalau aku hamil.

Radit : tapi kan kamu tau aku gak mau punya ANAK!!

Ann : ya tapi sekarang kita akan PUNYA ANAK!!

Radit : gugurin aja!

Ann : Astagfirullah ADIT!!! Keterlaluan kamu!!

Aku terdiam, kali ini aku terduduk, aku telah membentak Anggie untuk kedua kalinya, dan saat ini aku membentak istriku sendiri.

***

Sejak itu rumah tangga kami tidak harmonis seperti dulu, Anggie terlihat sangat benci kepadaku, kami tidak tidur sekamar, anggie tidur di kamar tamu sedangkan aku selalu tidur disofa (bagiku, kamar kami harus ditiduri berdua), Aku maupun Anggie lebih banyak diam, Anggie pergi sendiri kemanapun ia inginkan, sedangkan aku juga melakukan hal yang sama. Namun sudah beberapa hari belakangan ini aku sering menggunakan waktuku untuk mengunjungi beberapa taman bermain.


*Taman bermain

Hari itu aku duduk dibangku taman, mengamati semua anak yang bermain ditaman, aku melihat seorang anak mendorong teman bermainnya hingga jatuh dan anak itu menangis, seorang ibu datang lalu menggendongnya, disisi lain aku melihat seorang anak memakan pasir yang ia pegang di taman itu (iiiyykkhh.. sungguh menjijikan, pikirku : bagaimana kalau dipasir itu ada kotoran kucing). Aku tak sanggup melihatnya aku segera pergi dari taman itu.

Dirumah aku melihat Anggie tengah makan dengan lahapnya, sambil membaca buku-buku tentang ibu hamil, aku memiringkan kepalaku membaca judul buku itu : “HAMIL ITU MENYENANGKAN”. (pikirku : buku macam apa? judulnya saja tidak jelas), Anggie yang melihatku langsung pergi meninggalkan aku, dan langsung masuk ke kamar tamu.

Akupun hanya bisa duduk disofa depan TV, sebelum ingin mengambil remote, aku melihat secarik kertas yang ditulis oleh Anggie, akupun membacanya.

Suamiku tersayang,
Kini usia kandunganku sudah memasuki usian dua bulan, entah apa yang harus aku lakukan untuk mengubah keputusanmu “tidak ingin punya anak” setelah aku tahu aku hamil aku ingin sekali menyembunyikan hal itu, tapi kamu adalah suamiku dit, kamu harus tahu apapun yang terjadi padaku, jujur aku sedih aku tidak bisa merasakan kasih sayang kamu selama aku mengandung anak kamu, apakah dia tak akan mendapatkan perhatian dari ayahnya kelak? Apakah kamu akan bertahan dengan egomu? Maaf aku menulis surat ini, karena aku rasa, mungkin lewat surat ini aku bisa mengajakmu berkomunikasi tanpa harus dengan emosi.

Aku terdiam setelah membaca surat itu, jujur aku tersentuh dengan kata-kata istriku, aku memang tak seharusnya berbuat seperti ini, tapi aku masih belum bisa berbuat apa-apa.

*Kembali ke Taman bermain, hari berikutnya..

Aku kembali ke taman bermain, aku rasa ini adalah satu-satunya tempat dimana (mungkin) aku bisa merubah pikiranku, aku kembali melihat anak-anak menangis, anak-anak yang teriak-teriak tidak jelas, anak-anak yang …huh! Cukup… mereka tidak bisa membuatku berubah pikiran, aku berdiri dari dudukku dan hendak pergi, namun seorang anak kecil (perempuan) sekitar usia dua tahun menarik-narik celana jeansku.

Anak kecil : papa..

Aku menatap anak itu, dia sangat lugu, mukanya cantik sekali tanpa dosa. Tapi yang membuat aku bingung, kenapa dia panggil aku “PAPA”

Anak kecil : papa… paaa.. papaaa…

Okey, aku semakin bingung, hingga tiba-tiba seorang laki-laki memanggil anak itu.

Lelaki : gadis, sini sayang ini, papa..

Anak itu berlari pada lelaki yang menyebut dirinya “papa”, aku terdiam melihat lelaki itu.

Lelaki : maaf, anak saya masih belajar bicara, jadi dia hanya bisa menyebut “papa” atau “mama”

Radit : oh, tidak apa.

Lelaki : menunggu anaknya juga?

Radit : oh, saya belum punya anak.. maksud saya istri saya sedang hamil.

Lelaki : wah, selamat kalau begitu.

Aku menerima jabatan tangan lelaki itu.

Lelaki : saya Marcel

Radit : saya Adit

Marcel : trus? Kamu kesini pasti karena tidak sabar menunggu anak kamu lahir ya?

Aku hanya tersenyum, entah aku harus membalasnya dengan apa.

Marcel : (menepuk bahu radit) kamu harus tahu, saat kamu melihat bayi kecil itu lahir, kamu akan tergetar melihatnya, tubuhnya yang mungil, dengan kulit yang masih berwarna pink agak kemerahan, dan saat dia membuka mata, kamu akan lihat, dia bagaikan malaikat kecil yang akan selalu kamu banggakan.

Aku terdiam mendengar perkataan lelaki itu.

Marcel : maaf saya bicara seperti ini, karena saya merasakan saat Gadis lahir, dan saat Gadis lahir, ibunya tidak bisa hamil lagi karena umurnya sudah memasuki usia 45 tahun, terlalu riskan untuk memiliki anak lagi.

***

dua bulan berlalu.. perlahan aku mencoba membaca beberapa buku-buku yang dibeli anggie, aku mencoba juga untuk mengajak anggie bicara, aku mengelus perut Anggie yang makin membesar (seperti orang buncit, haha)..  aku belanja perlengkapan gizi untuk calon anak kami (seperti susu untuk ibu hamil) dan lain sebagainya. Aku memijat Anggie yang sering muntah karena mual, walaupun akhirnya aku ikut-ikut muntah (dan itu berulang-ulang kali).

Perlahan aku mulai merasakan kebahagiaan yang bisa aku lakukan untuk istriku, menemaninya senam sampai menemaninya USG.
……

hari berganti cepat, bulan pun berganti dengan cepat, dan bulan ini, Anggie telah memasuki usia sebilan bulan lebih delapan hari, malam itu Anggie merasa sakit diperutnya, aku dengan panik langsung mengantar Anggie ke RS, Anggie bilang padaku untuk menelfon dokter kandungannya.

Sesampainya di rumah sakit, tim medis cepat menangani Anggie, dokter bilang begitu Air ketuban pecah Anggie akan siap-siap untuk bersalin, apa yang dimaksud Air ketuban??? Aku tidak tahu, aku hanya bisa menemani anggie yang mengerang-erang kesakitan, tiba-tiba saja perutku ikut sakit. Rasanya aku tidak tahan jika harus menemani Anggie selama persalinan, tapi aku mencobanya, demi Ann istriku, dan demi anak kami.

Proses persalinan tengah berjalan, tubuhku bergetar, keringat dingin keluar dari seluruh tubuhku, aku tetap menggenggam tangan Ann yang teriak-teriak kesakitan, dan… Anggie teriak dengan kencang dan saat itu anak kami lahir dengan proses persalinan yang normal. Aku melihat anggie menghela nafas lega, akupun ikut lega dan aku terjatuh tak sadarkan diri.
…..

begitu aku bangun, aku terduduk disofa RS (apa yang terjadi, setelah entah berapa lama aku pingsan?)  aku melihat seorang suster masuk kedalam ruangan, aku mengikuti suster itu dan aku melihat suster memberkan bayi mungil pada Anggie, Anggie menatapku lalu tersenyum, Anggie menyusui Bayi itu (maksudku Bayi kami), aku mendekat dan saat itu, hati aku bergetar, aku melihat Bayi itu sangat nyaman menyusi dengan ibunya. Setelah suster keluar Anggie bicara padaku.

Ann : Entah apa yang harus aku ucapkan kepadamu, tapi kamu sudah menjadi suami yang begitu luar biasa, kamu temani aku melahirkan walau sebenarnya aku tahu kamu tak tahan menyaksikannya, dan sebelum melahirkan walau agak terlambat.. tetapi kamu masih mau menemani aku dengan perut besarku, kamu pasti akan menjadi papa yang baik dan luar biasa untuk anak kita.

Aku tersenyum menatap Anggie, aku terdiam kembali menatap ANAK ku.. aku menyentuh pipinya dan menciumnya lembut.

****

Tulisan diatas, adalah tulisan suamiku.. sebelum kecelakaan menghantam nyawanya, Radit meninggal pada usianya yang ke 36 tahun, Radit memberikan aku 2 orang putri yang sangat cantik.

Walaupun usianya tidak panjang tetapi bagiku Radit tetap bersama kami, aku memutuskan untuk tidak menikah lagi, aku berusaha membesarkan kedua putriku seorang diri, aku ingat kalimat Radit yang dia kirim untukku lewat sms sebelum kecelakaan itu terjadi “Tanpa kamu mungkin aku tak akan bisa merasakan keindahan hidup yang sebenarnya : melihat anakku, darah dagingku lahir kedunia, terimakasih Ann, aku sangat mencintaimu”. Tulisan suamiku aku terbitkan dalam sebuah Koran dan membuat banyak pembaca membincangkannya, mungkin tulisan suamiku bisa menjadi buah pikiran bagi orang-orang diluar sana yang takut memiliki anak.

Bagiku, Radit tetap suami dan papa yang LUAR BIASA.. dia tak akan pernah tergantikan. Kini saatnya aku menjelaskan pada kedua putriku yang selalu bertanya “mama.. papa dimana? Kapan papa pulang?”.

Senin, 28 Februari 2011

..TERIMAKASIHKU..

"SubhanAllah, aku sangat bersyukur bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang-orang di luar sana, khususnya Keluarga, Sahabat,Teman dan para Penggemarku".

Keluarga : lebih dari yang aku bayangkan, mereka mendukung penuh apa yang sudah ku rintis dari awal, cinta kasih sayang yang sangat penuh mereka berikan walaupun tidak ditunjukan dalam perkataan, tetapi mereka menunjukan pembuktian dengan perlakuan yang mereka lakukan untuk membantu aku. Dukungan ini yang selalu menjadi penguat hidup aku sampai saat ini.


Sahabat : kalian bagaikan penopang disaat aku terjatuh, dan ketika aku hendak jatuh kalian langsung membantu aku untuk cepat berdiri, menenangkan hati dikala aku tidak mendapatkan keseimbangan saat berjalan, dan kalian menggandengku dengan kekuatan cinta yang begitu besar..aku sangat merasa beruntung memiliki kalian.


Teman : teman-temanku yang selalu ada untuk menemani aku dalam kesepian, membuat suasana hening terasa ramai dan bahagia, kalian membuat aku tertawa dikala tawaku hampir lelah, kalian membangun jiwaku yang tertidur menjadi memiliki semangat, semangat baru untuk terus berjalan. Terimakasih beribu terimakasih.


Penggemar : kalian memang bukan keluargaku, tetapi kalian mendapatkan posisi yang berada di satu hati dengan para sahabat dan temanku. Kalian sudah menjadi bagian hidup, karena tanpa kalian aku tak akan seperti ini. Kalian banyak membantu aku dalam hal apapun, dukungan dan support kalian membuat aku tidak lemah, cinta kalian membuat aku bangkit dari tempat duduk yang paling terpojok. Mungkin aku tak bisa berbagi banyak hal kepada kalian, karena masih ada keluarga yang menjadi prioritas utama untuk lebih mengetahui hal-hal yang lebih mendalam. tetapi apapun yang kalian lakukan untuk ku aku sangat menghargainya, itu adalah perwujudan rasa sayang kalian dan aku sangat menghargai dan menghormatinya. Terimakasih untuk semua cinta kalian, insya allah aku bisa memberikan yang terbaik untuk kalian.

_ndah_

Jumat, 25 Februari 2011

Cerpen : "KESEMPATAN ITU ADA"


Hari itu terik matahari menyinari jalan tol jakarta-anyer, hawa panas dari matahari terlihat sangat menyengat, tak ingin rasanya aku membuka jendela mobil pasti panas sekali. 

Aku dan Gel (kekasihku) menuju perjalananku ke anyer, karena kami ada acara keluarga dan kami sangat bahagia karena dua hari lagi adalah hari yang paling kami nantikan, kami akan menikah. Rasanya kami ingin memutar waktu agar lebih cepat. Namun kebahagian itu…

“aku dan kamu.. selalu bersama.. lewati malam.. walau tanpa bintang..” ku dengar lagu itu dilantunkan oleh ayah dan anak dalam sebuah radio, aku dan Gel menyanyikannya sepanjang perjalanan, kami tertawa dan bercanda.

Aku : Kita banget ya lagunya..

Gel : kita?

Gel tertawa terbahak-bahak menatap wajahku yang langsung berubah kecut, kemudian Gel mengacak-acak rambutku.

Gel : bercanda sayang, iya..iya.. lagunya kita banget.. hehe

Kami bertatapan agak lama, sampai kami tidak sadar sebuah Truck berhenti mendadak didepan mobil Gel, Gel yang tersentak menoleh kedepan tak sempat menginjak rem dan mobil Gel menabrak truck itu, yang aku ingat itu adalah tabrakan beruntun karena mobil belakang juga menabrak mobil Gel dengan sangat keras, yang kuingat Gel sempat menggenggam tanganku sangat erat.

******

aku membuka mataku, aku melihat cahaya putih yang terlihat samar dan buram, aku mendengar suara-suara disekelilingku “matanya terbuka.. Vina sadar.. Vina sudah sadar” aku mengedarkan pandanganku, dan mamaku mendekatkan wajahnya dihadapanku, mama bilang : beliau senang aku telah sadar setelah satu minggu, aku memutar cepat ingatanku, kejadian satu minggu yang lalu, aku menaikan tangan kananku dan aku tidak melihat cincin perkawinan melingkar dijari manisku dan aku teringat akan Gel. 

Aku bertanya pada mama : dimana Gel ma? Apa yang terjadi dengannya, namun tiba-tiba ruangan yang penuh dengan keharuan riang itu menjadi hening seketika, adikku Lala terdiam tanpa senyum, papa juga hanya menghela nafas, dan mama.. aku melihat mama menangis sambil bicara padaku “Gel belum sadarkan diri, karena mengalami benturan yang sangat keras pada bagian kepalanya”. Aku hanya terdiam saat itu, tubuhku masih terlalu lemas untuk bangun.

Waktu berlalu, dokter bilang keadaanku kini semakin membaik. Begitu aku boleh keluar dari ruanganku hanya ada satu tujuan, aku harus keruangan Gel, aku harus menemani calon suamiku.

****

kini aku sudah sangat sehat, aku setiap hari menemani Gel dirumah sakit, meskipun orang tua Gel berkata agar aku istirahat, tetapi aku tetap tak ingin istirahat. Selama ini aku bersama Gel bahkan sampai maut sempat menghabisi nyawa kami dan kami masih hidup sampai detik ini. Ini adalah kesempatan kedua untuk ku dan juga Gel yang diberikan pada tuhan, maka aku tak akan melewati kesempatan ini, sedetikpun aku tak ingin kehilangan Gel. Aku ingin selalu disampingnya sampai ia membuka matanya.

*minggu pertama :

aku menatap wajah Gel yang pucat, aku memainkan bulu matanya, menyentuh bibirnya, mengelus lembut pipinya, kucium kedua matanya lalu aku berbisik : “cepat sadar sayang” ku raih tangannya lalu kuciumi tangannya, tetapi tetap tak ada respon. Ini minggu pertama aku menjaganya tetapi ini minggu ke-4 Gel tak sadarkan diri, harapanku semakin menipis, aku takut kehilangan Gel.

*minggu ke-2 :

hari ini aku membersihkan rambut-ambut Gel yang tumbuh diarea dagu dan atas bibirnya, aku sangat berharap Gel masih terlihat tampan dan bersih walaupun ia masih terbaring tidak sadarkan diri. Setiap malam aku selalu berdo’a agar tuhan memberikannya keajaiban sampai akhirnya ia akan sadar secepat mungkin.

*minggu ke-3 :

ku dengar dokter telah mengabarkan keluarga Gel bahwa kondisi Gel berkembang membaik, Gel bisa segera sadar, tapi entah kapan itu tergantung dari Gel sendiri, namun beberapa kali aku melihat pergerakan jari Gel walaupun hanya bergerak pelan dan sedikit.

*minggu ke-4 :

aku masih menunggui Gel, ku gunting kuku kedua tangannya dan kuku kedua kakinya. Tak lama orangtua Gel masuk kedalam ruangan, mama Gel memelukku dengan erat dan papanya menyentuh kepalaku dengan sayang, mamanya memberitahu padaku bahwa dokter mengatakan ada kemungkinan akibat dari kecelakaan itu Gel akan lupa pada separuh ingatannya. Aku terdiam tegang mendengar berita itu, apa itu tandanya “Gel akan lupa pada ku?” namun aku tetap optimis, Gel mencintaiku, dia tak mungkin lupa denganku. Aku pamit sejenak pada orangtua Gel karena ada pekerjaan kantor yang sangat membutuhkan aku, ku bilang pada mereka bahwa aku tidak akan pergi lama, begitu urusanku selesai aku akan cepat kembali.


Entah mengapa selama perjalanan kekantor hatiku terasa sakit sekali, entah apa yang aku rasakan, prasangka buruk? Atau aku hanya terfikir oleh kata-kata mama Gel. Aku tetap berusaha bisa mengatasi perasaan itu, walaupun sebenarnya itu sangat berat bagiku.


Aku sudah sampai didepan kantorku, aku bekerja disebuah majalah besar, ideku sering dipakai untuk design – design majalah kami yang kini telah berjalan hingga 20 tahun. Saat masuk kedalam kantor semua orang menatapku dengan perasaan hangat, sama seperti hari biasanya, saat aku menghadiri meetingpun semua berjalan sangat lancar tapi mengapa hatiku tetap sedih?.

Setelah selesai meeting aku sempat membuat secangkir teh diruanganku, sebelum ku minum, handphoneku berbunyi “Mama Anna” : mamanya Gel menelfon aku? Aku segera mengangkatnya, Mama Anna mengabarkan bahwa Gel sudah siuman, sungguh aku sangat bahagia, tanpa memperdulikan apapun aku langsung berlari keluar ruanganku dan meninggalkan kantorku.

*****

sesampainya dirumah sakit aku berjalan cepat menuju ruangan Gel sambil berharap-harap cemas, tepat saat aku hendak masuk kedalam ruangan Mama Anna yang melihatku langsung keluar dari ruangan dan menghentikan langkahku, Mama Anna memelukku sambil menangis, aku masih terdiam tanpa mengucapkan apapun, entah apa yang harus aku lakukan. Mama Anna menenangkan dirinya lalu memulai bicara padaku.

Mama Anna : apa yang dibicarakan dokter benar terjadi na..

Vina : maksud mama?

Mama Ana : dia lupa akan ingatannya selama 8 tahun belakangan ini, bahkan dia tak ingat bahwa ia akan menikah.

Vina : Gel lupa sama Vina ma?

Mama Anna terdiam.

Vina : Gel lupa sama semua kenangannya bersama Vina ma?

Mama Anna : dia hanya ingat saat kalian bersahabat..

Mama Anna kembali memelukku, dan aku hanya terdiam dalam tangisku. Tak lama dari itu, Dokter keluar dari ruangan Gel disertai Papa Jimmy (papa Gel). Dokter menghentikan langkahnya dihadapan ku, mama Anna dan juga Papa Jimmy.

Dokter : tolong jangan berusaha untuk mengingatkan saudara Geldrino dengan ingatan yang tidak ia ingat karena itu akan membuat saudara Geldrino untuk berusaha mengingat dan jika itu terjadi maka saudara Geldrino akan semakin frustasi dengan ingatan-ingatan yang tidak bisa ia ingat. Pelan-pelan saja, karena kemungkinan kecil itu akan tetap ada.

Aku makin terhenyak. “kemungkinan kecil?” dan itu artinya kemungkinan besar Gel tidak akan mengingat kembali.


Mama Anna mengajak aku untuk kedalam ruangan Gel, Gel tersenyum padaku “Vin” aku terdiam saat itu fikirku “apa yang akan Gel ingat tentang aku?”

Gel : kamu ada disini?

Vina : iya, Gel kamu apa kabar?

Gel : lemas vin.

Ingin sekali rasanya aku memeluk Gel saat itu, menciumnya dan mendekapnya hangat, rasanya aku tak bisa menahan airmataku, aku hendak beranjak pergi tetapi Mama Anna cepat menahan tanganku, lalu menggenggam dengan erat. Aku menatap Gel yang masih terlihat seperti orang linglung, hanya sebatas kalimat itu yang keluar dari mulut Gel saat melihatku.

****

satu bulan sudah berlalu, Gel sudah kembali bekerja seperti sedia kala, namun tidak mengerjakan pekerjaan yang berat, karena ia bekerja di perusahaan milik keluarganya itu mempermudah pekerjaannya dalam kondisinya saat ini. Dan yang aku tahu selama Gel dirumah ia tidur dikamar tamu, karena sesuai kata dokter, Mama Anna tak ingin Gel melihat kenangan-kenangan kami didalam kamarnya, itupun atas persetujuanku.


Aku tetap menjalin persahabatanku dengan Gel, bahkan kadang Gel menghubungiku untuk sebatas bertemu, makan malam atau minum kopi. Kadang perasaanku tak dapat membohongi, hingga hari itu..

Aku makan malam bersama Gel, aku duduk disebelahnya, aku menatap wajah Gel yang tengah makan saat itu, dan entah mengapa tubuhku tergerak untuk memeluknya, aku mengangis sampai terisak, mungkin saat itu Gel bingung makanya Gel langsung membalas pelukanku dan berusaha menenangkan ku namun saat itu Gel pikir aku sedang ada masalah keluarga. Namun rasa rinduku sedikit terobati karena aku masih bisa merasakan hangat tubuhnya.

****

4 bulan begitu cepat berlalu, bagiku rasanya seperti 4 abad, dimana seharusnya aku dan Gel sudah menjadi keluarga dan tengah memikirkan anak, tetapi saat ini aku harus menghadapi suasana yang sangat pedih dalam hidupku, Gel datang kepadaku memperkenalkan kekasihnya. Rasanya aku terjatuh dari ketinggian langit paling tinggi dan tak ingin aku hidup lagi. “Gel, kau dan aku belum memutuskan hubungan” ingin rasanya aku teriak sekencang mungkin mengatakan kalimat itu tapi aku tidak mampu. Hanya satu orang yang bisa kuajak bicara saat itu, Mama Anna.


Mama Anna bicara padaku, bahwa ia telah tahu Gel telah jatuh cinta pada gadis lain, dan telah mengenalkannya pada Mama Anna dan juga Papa Jimmy, namun mereka tak bisa berbuat apa-apa, Mama Anna hanya bilang pada Gel untuk pikirkan lagi hubungan mereka. Sekarang aku tidak sedang putus asa, aku ingin melanggar dari pesan-pesan dokter karena ini sudah menyangkut perasaan dan hubungan kami.

****

Pagi hari saat Gel masuk kantor aku sudah menunggunya didepan kantor, aku hendak mengajaknya bicara, namun dirumahnya. Gel yang awalnya menolak akhinya mau mengikutiku.
Sesampainya dirumah Gel, aku mengajaknya naik kelantai atas, aku menarik Gel kedepan pintu kamarnya.

Gel : kenapa dengan kamar ini?

Vina : kamu tidak tau ini kamar siapa?

Gel : tidak.

Aku terdiam, aku rasa ini tidak berhasil membuatnya ingat, namun Gel tetap menatap pintu itu, Gel melangkah mundur dengan tetap menatap pintu itu. Lalu Gel kembali melangkah maju dan perlahan membuka pintu itu, Gel masuk kedalam kamar, aku menunggu Gel diluar, dengan pintu terbuka aku bisa melihat apa yang Gel lihat dan apa yang Gel sentuh. 

Di meja depan tidurnya ada foto Gel dan aku (saat kami merayakan hari jadi kami yang ke 1 tahun) Gel menoleh menatapku bingung, lalu tepat disamping tempat tidur, ia melihat foto – foto kami saat aku dan Gel bermalam dilombok (terlihat Gel menggendongku dan aku tertawa melingkarkan tangan dilehernya) Gel kembali menoleh kearahku. Lalu Gel duduk sisi tempat tidur memandang sekeliling kamarnya. Gel memegang keningnya dan menyerngit, aku yang melihatnya tak tega, ku ajak Gel keluar  dari kamar, aku takut terjadi apa-apa pada Gel.

Sejak itu Gel terlihat lebih diam, ia tak mengajakku bicara, Gel hanya memandangku dengan tatapan penuh pertanyaan.

Vina : apa yang ingin kau Tanya Gel?

Namun Gel tetap terdiam. Aku harap aku tak salah karena mengajaknya untuk mengingat apa yang telah terjadi antara kami.

****

Hari ini Gel mengajak aku bertemu, aku langsung cepat ke tempat dimana Gel mengajak kami bertemu, tebak apa? Gel mengajakku ketaman bermain sebuah komplek yang selalu kami datangi setiap malam selasa setiap bulan karena ditempat itu biasanya banyak sekali jajanan pasar dengan aneka kue yang enak-enak, tapi bedanya malam itu taman telihat sangat sepi. Aku melihat Gel sudah menungguku terduduk di bangku taman, aku berdiri tepat dihadapannya. Gel menatapku lalu berdiri, Gel memelukku sangat erat, “apakah Gel ingat padaku?” terbesit sekilas kalimat itu dalam benakku.

Gel melepas pelukannya.

Gel : maafkan aku Vina.

Vina : kenapa kamu minta maaf?

Gel : maaf atas apa yang telah aku perbuat padamu.

Aku bingung, aku tetap menatap Gel yang terus berbicara.

Gel : sering sekali terlintas dalam ingatanku, saat aku berjalan berdua denganmu, saat kita bersama, bersama keluargaku dan juga keluargamu, aku ingat vina.. aku ingat semua… aku ingat.. aku ingatt… aku dan kamu akan menikah sebelum kecelakaan itu terjadi!

Aku terkejut mendengar semua itu.

Vina : bagaimana kamu mengingatnya?

Gel : setelah kamu mengajak aku keluar dari kamar, setelah aku merasa kamu sudah benar-benar pulang aku kembali masuk kekamar, aku mencoba untuk mengingat semuanya.

Entah apa rasanya namun aku sangat bahagia, kupeluk erat Gel beriringan dengan airmata yang membasahi pipiku.

Namun Gel melepaskan pelukanku, Gel menatapku sangat dalam, hingga rasanya sampai merasuki hatiku.

Gel : aku takut tak bisa mengembalikan rasa cinta kita seperti dulu.

Vina : mengapa kau tak mencobanya?

Gel : karena aku milik Alia.

Sengatan kalimat itu membuat aku terdiam kaku tanpa gerakan.

Gel : maafkan aku.

Aku tak percaya Gel mengatakan semua itu, ternyata memang tak ada harapan bagiku. Aku berlari meninggalkan Gel sendiri ditaman itu.

Sepanjang perjalanan rasanya tak henti-hentinya aku menahan rasa sakit hatiku, hingga rasanya aku tak berdaya untuk melanjutkan perjalananku.

“7 tahun penuh cinta
 7 tahun penuh bahagia
 7 tahun selalu bersama
 7 tahun selalu berbagi
 Walau berujung tak menyenangkan bagiku kau adalah anugerah..
 Walau aku tak pernah membayangkannya tetapi kau tetap pemilik hatiku..
 Aku akan belajar tersenyum meski tanpa kau temani..
 Aku akan belajar tertawa tanpa kau disampingku..
 Aku akan belajar menerima keadaan dan aku akan selalu berdo’a untuk kebahagiaanmu..”

****

tiga hari sudah sampai kejadian itu berlalu, aku merasa sudah siap menghadapi hariku dengan memulai langkah baru. Namun baru sampai depan pagar, aku mendapati Alia berdiri didepan pagar rumahku, aku menjamu Alia dengan baik, tak ada rasa dendam dan menyuruhnya duduk dengan maksud bersahabat.

Alia memulai pembicaraannya :

Alia : aku menemuimu, bukan karena pacarnya Gel, dan bukan karena kehendak Gel, aku datang kesini atas kemauanku sendiri, tante Anna sudah bicara banyak padaku, dan Gel juga sudah bilang akan semua ingatannya bersamamu. Aku tau mungkin aku tidak pantas menggantikan posisimu tiba-tiba, karena aku tahu bahwa Gel masih sangat mencintaimu.

Vina : darimana kau tahu?

Alia : setiap kali dia bersamaku, kami jalan, kami makan, semua yang dibicarakan hanya kamu Vina, walaupun dia tak menyebut namamu, tapi dia bercerita bahwa ia pernah ketempat itu, dank au tahu? Dia tidak pernah menciumku karena setiap dia inginmelakukannya tiba-tiba dia menghindar. Dia juga tak pernah memelukku, karena sesaat dia memelukku, dia langsung melepaskan pelukan itu dan bersikap aneh.

Aku terdiam mendengar penjelasan Alia.

Alia : dan saat ini aku bilang padamu, jujur… apa yang aku rasakan pada Gel bukanlah cinta, tetapi rasa sayang yang tumbuh karena rasa kasihan.. aku ingin kau kembali pada Gel.

Aku terdiam, entah apa yang harus kukatakan, Alia begitu baik berkata sedemikian jujur kepadaku.

Alia : satu hal yang harus kamu tau, Gel sebenarnya adalah pasien aku. Aku psikolog, Gel meminta bantuan aku untuk mengartikan setiap bayangan dan ingatan yang dia ingat, jadi kemungkinan besar, Gel menganggap aku pacarnya karena seakan aku adalah kamu.

Vina : tetapi Gel tidak mengalami gangguan jiwa kan?

Alia tersenyum,

Alia : tentu tidak, justru aku membantu Gel untuk membuka ingatannya, dan Gel bisa mengingat kembali karena kemauannya yang begitu besar, untuk mengingat kamu.

Saat itu aku sangat merasa bersyukur, aku menoleh kearah pintu yang sedari tadi terlihat nampak bayangan seseorang dan Gel sudah didepan pintu rumahku, Gel menatapku.

Gel : Vina..

Aku menatap Gel haru, dan sekali lagi Gel berkata.

Gel : maafkan aku.

Aku tak mengeluarkan sepatah katapun, aku langsung memeluk Gel dengan erat.

Kami menikah setelah satu bulan kemudian, dan kini kami hidup bahagia dengan 2 orang putri dan 1 orang putra, tentunya dengan 4 cucu yang selalu menemani masa tua kami. 

Walaupun Gel menderita Alzheimer (penyakit penurunan fungsi syaraf otak) aku tetap menemani Gel dan membantunya mengingat setiap kejadian demi kejadian melalui tulisan-tulisanku ini. tetapi Gel tetap mengulang-ngulang tingkah lakunya setiap kali ia lupa akan ingatannya.


untuk terkasih Gel,

Selasa, 15 Februari 2011

Cerpen : "SELAMANYA MENCINTAIMU"

Apakah kalian percaya pada cinta pada pandangan pertama?

Apa kalian percaya pada takdir?

Apa kalian percaya jika cinta itu dapat menguatkan apapun bila kita berani berkorban?

Mungkin aku adalah orang paling frustasi di dunia ini, mungkin juga aku adalah orang paling bahagia di dunia ini, atau aku adalah orang paling menyedihkan.

Cerita ini dimulai dari pertama kali aku mengenal Amanda, dia wanita yang sangat sempurna (sebagai manusia) dia sangat indah dimataku, dia selalu membaluti tubuhnya dengan pakaian yang sangat sopan, tidak pernah aku melihatnya berpakaian seperti wanita yang sering aku lihat setiap kali aku masuk dalam kereta,bus,pinggir jalan,kantor bahkan coffe shop. Amanda tidak pernah mengenakan baju berlengan pendek dan rok yang berpotongan mini, mungkin ini adalah nilai plus untuknya.

Suatu hari aku memberanikan diri untuk berkenalan, tanpa disangka dia sangat menyenangkan, sangat ramah dan bukan type perempuan pemalu dan takut gemuk (aku senang melihat perempuan yang bisa menjaga tubuhnya tapi tidak takut makan, intinya tidak perlu diet).

Dari proses perkenalan itu, kami menjalin cinta kami selama satu tahun, kemudian aku melamar Amanda dengan cara yang aku baca dari sebuah buku.


**Saat itu aku mengajak Amanda kesebuah taman bunga, musim semi membantu aku menambah suasana menjadi lebih menarik, dimana semua bunga bermekaran dan berwarna warni. Aku mengajak Amanda kesebuah lingkaran air mancur ditengah taman, aku menatapnya lekat lalu aku meminta Amanda untuk memilih Bunga yang paling ia suka dan aku memetiknya, setelah Amanda menerimanya ia terkejut karena Amanda mendapati sebuat cincin melingkar ditangkai bunga, aku kemudian berjongkok.

MAU KAH KAMU MENIKAH DENGAN KU?

Saat itu Amanda menarik tubuhku dan memelukku sangat erat sambil berteriak..

AKU SANGAT MENCINTAIMU!! AKU MAU ANDRE, AKU MAU..!!!

Aku melepaskan pelukan Amanda dan menciumnya.

**
Saat ini kami sudah resmi dan sah menjadi suami istri, kami hidup bahagia dan kebahagiaan kami makin bertambah ketika, kami tahu bahwa setelah 1 bulan kami menikah, Amanda HAMIL. Kami akan menjadi orangtua yang paling bahagia.

Saat Amanda hamil yang ke tiga bulan, Amanda sangat sibuk dengan pekerjaannya, dia adalah designer terkenal, dan aku sangat bangga melihatnya bekerja sangat semangat. Sedangkan aku harus keluar kota karena harus dinas kerja, aku terpaksa harus meninggalkan istriku yang sedang hamil.

Saat aku dinas diluar kota, teman-teman kerjaku selalu mengajak aku tiap malam untuk masuk kedalam bar, aku mengikuti mereka. Saat itu kejenuhan memang sedang kualami, istriku tidak dapat kuhubungi seharian “mungkin dia sangat sibuk” dan aku hanya menikmati yang ada dihadapanku, gadis berpesta, gadis penari dan melihatkan seluruh tubuhnya dihadapanku. Saat itu aku ingin sekali keluar dari ruangan itu, tapi nafsuku menahanku untuk tetap menikmati semuanya, aku mabuk dan aku tidur dengan 2 gadis malam itu yang ku dapati tidur bersamaku didalam hotel tempat aku menginap. Aku khilaf dan ketakutan “aku sudah menikah, dan aku berbuat zina” dan aku lebih takut saat melihat handphone ku pagi itu ada “panggilan tak terjawab” sebanyak 21 kali. Aku langsung menelfon Amanda dan minta maaf, aku bilang pada Amanda bahwa aku terlalu letih, dan aku merahasiakan kejadian ini dari Amanda.

Dua hari kemudian Amanda menjemputku di bandara dengan penuh binar cinta dari matanya, Amanda memelukku sangat erat sambil berbisik “I miss you so much baby” aku tersenyum dan ku balas mencium bibirnya “I miss you too darling”. 

Sesampainya dirumah aku melihat ruangan penuh dengan bunga, dan semua sudah tertata rapi, kamar kami sangat harum. Amanda masuk ke kamar mandi, beberapa menit kemudian ia keluar dengan baju tidurnya yang tipis, Amanda memelukku dari belakang, menciumiku dan.. aku menghentikannya “sayang jangan hari ini” Amanda terlihat kecewa, namun Amanda langsung mengerti lalu ia beranjak ketempat tidur dan hanya memperhatikan aku yang hendak berganti pakaian. “jujur aku masih terfikir kejadian malam di bar itu dan tentunya di kamar hotel”.

**
waktu telah berlalu, hari ini aku di depan ruang bersalin, menunggu istriku Amanda melahirkan anak kami. Aku sangat cemas, kuremas-remas tangan dan kepalaku sambil jalan bolak-balik didepan pintu ruangan bersalin, aku menunggu dan terus menunggu sampai aku mendengar pintu dibuka dan suster menyuruh aku masuk “Amanda meminta aku menemaninya”.

Aku melihat Amanda tengah mengerang kesakitan, aku langsung memegangi tangannya dengan erat. Dan AAAAArrrrgggghhhhh!!!! Teriakan Amanda sangat panjang dan menggema dalam ruangan itu, disertai tangisan bayi mungil kami yang cantik, anak kami perempuan, sangat..sangat..cantik. Amanda menghela nafas lega.

**
setelah pulang kerumah, keluarga kami telah menyambut kebahagian ini dengan sangat bahagia, orangtua kami sangat senang melihat cucu pertamanya “Cherry” (nama anak kami) yang cantik dan mungil. Kami pun turut bahagia, lengkap sudah keluarga kami saat ini.

Hari berganti, bulan berlalu begitu cepat, tahun berganti dan saat yang mengejutkan itu datang, setelah aku membuka laptop diruang kerjaku, sebuah email masuk dari seseorang yang tidak aku kenal.


from : xrlslove*******.***.com

Dear Andre,

Apakah kamu masih ingat padaku? Kita pernah tidur bersama di hotel sepulang dari bar ###, apa kamu ingat? Aku Elen, jujur saat sepulang dari hotel aku sangat menyesal, rasanya tak ingin aku melepasmu.. aku ingin memiliki hubungan yang serius denganmu, aku jatuh cinta pada pandangan pertamaku. Jujur aku lama sekali mencari alamat email mu, setidaknya aku tidak salah mengirim surat ini, aku harap kamu akan membalas email ini dan kita akan segera bertemu.

Yang mencintaimu.

Entah apa yang harus kulakukan saat itu, kejadian itu kembali merasuki pikiranku setelah 5 tahun lamanya. Aku hendak membalas email itu dengan maksud ingin minta maaf dan mengatakan diantara kami tidak ada hubungan apapun, tetapi sebelum aku membalasnya, Amanda sudah berdiri dengan wajah pucat didepan ku, aku langsung menutup laptopku.

Amanda meminta aku mengantarkannya kerumah sakit, selama diperjalanan (dalam mobil) Amanda yang duduk sambil memangku Cherry selalu menghapus darah yang keluar dari hidungnya, aku tak enak bicara banyak pada Amanda karena aku takut anak kami khawatir melihat ibunya.

Sesampainya di Rumah sakit, Amanda langsung mendapatkan penanganan cepat dari tim medis, Amanda diperiksa, lalu dokter meminta aku keruangannya. Aku menitipkan Cherry pada suster penjaga.

**
di ruangannya dokter bilang, “Istri anda mengalami kanker otak.. sebenarnya nyonya Amanda sudah tahu pak. Apa istri anda tidak memberitahu anda?”dan aku sangat terkejut saat itu, tak sepatah katapun keluar dari mulutku.

Aku masuk keruang rawat Amanda, aku hanya memandanginya. Amanda menangis sambil meminta maaf padaku, aku masih terdiam tak bicara padanya, sulit sekali aku menerima kenyataan ini, karena selama ini aku tidak pernah mengetahuinya dan Amanda menutupi penyakitnya dari aku.

**
Aku merawat Amanda selama tiga bulan penuh, dan aku lihat perkembangan Amanda makin membaik walaupun rambutnya lama-lama menipis karena rontok.

Hari itu di rumah sakit aku keluar dari ruangan Amanda hendak keluar untuk membeli minuman, aku melihat perempuan muda berjalan kearahku dengan senyuman, perempuan itu adalah Elen. Elen bilang dia nekat mencari aku, dengan cemas aku mengajak Elen keluar jauh dari rumah sakit. Kami pergi ke sebuah kafe dekat rumah sakit, aku bicara pada Elen bahwa aku memiliki istri dan anak, aku juga bilang saat ini Amanda sedang sakit dan aku sangat mencintai Amanda. Untunglah Elen bisa mengerti dan menerima semuanya, namun Elen tidak berhenti, Elen justru bilang “aku mencintaimu, jika kamu membutuhkan aku..hubungi aku” Elen menulis alamatnya disecarik kertas, memberikannya padaku lalu pergi begitu saja.

**

Waktu terasa berjalan sangat cepat, aku melihat Cherry tumbuh menjadi anak yang sangat manis dan mengenakan seragam sekolah, untuk pertama kalinya Cherry sekolah TK, aku mengantar Cherry ke sekolah dan setelah itu aku menjemput Amanda yang sudah dipersilahkan pulang dari Rumah Sakit.

Amanda meminta untuk dirawat dirumah, karena dia tak nyaman lagi dengan suasana rumah sakit. Dan aku selalu setia menemani Amanda, memandikannya setiap pagi, menggunting kukunya setiap minggu, menggendongnya ke taman saat ia ingin melihat bunga dan membacakan buku saat ia hendak tidur. Dan setiap malam setelah Amanda tidur, aku selalu keluar untuk bertemu dengan Elen, aku menjalin hubungan dengan Elen dibelakang Amanda, bisa dikatakan aku selingkuh.. tetapi ini karena aku tidak ingin menyakiti Amanda, karena aku tahu Amanda hanya bisa mengerang kesakitan dan tidur ditempat tidur, Amanda yang sekarang adalah Amanda yang lemah, namun aku selalu mencintainya. Aku tahu aku sangat salah, aku sangat berdosa tetapi aku tak punya pilihan, aku sangat butuh Elen saat itu.

**
Empat bulan kemudian, aku mendapati Amanda sudah benar-benar terbaring lemah di pagi hari, dokter tengah memeriksa tubuhnya yang sangat kurus, aku memegangi tangannya yang terkulai lemas. Lalu dokter keluar kamar sambil memintaku ikut keluar, namun sebelum aku keluar Amanda menahanku lalu memberikan aku amplop surat dan dia tersenyum, senyum yang sangat indah. Cherry membaringkan kepalanya di dada Amanda, Amanda mengelus Cherry dengan penuh cinta, lalu aku beranjak keluar kamar sambil masih memegang amplop.

Aku menemui dokter didepan kamar, sebelum dokter bicara pada ku, aku mendengar teriakan Cherry memanggil-manggil Amanda.. “mama…mama.. mama..” aku dan dokter bergegas masuk kedalam kamar.

Aku terlambat. Aku tak ada disamping istriku saat ia menghembuskan nafas terakhirnya. Amanda meninggal dengan senyuman damai diwajahnya, aku merengkung Cherry dalam pelukanku, namun aku tak bisa menahan tangisku, ku peluk istriku dan kuciumi wajahnya dengan penuh air mata.
Seminggu setelah Amanda meninggal aku ingat akan amplop yang diberikan Amanda, lalu ku buka amplop berisi surat dan kubaca.


Suamiku tersayang, Andre yang sangat kucintai.

Aku tahu saat kamu membaca surat ini aku tidak ada disampingmu lagi, namun aku selalu berada dihatimu, aku tidak pernah mati karena cintaku kepadamu tidak pernah mati selamanya.

Sayang, entah dari mana aku harus memulai tulisanku, tetapi aku hanya ingin kamu tahu bahwa apapun yang kamu lakukan diluar sana, aku mengetahui semuanya, aku tahu saat aku melefonmu dan kamu beralasan letih dengan pekerjaanmu padahal malam itu kamu mabuk dan kamu telah tidur dengan Elen, bahkan saat aku sakitpun kamu telah berpacaran dengan Elen, aku tidak menyalahkanmu sayang, aku telah memaafkan kesalahanmu, aku tahu keadaan yang membuat kamu memilihnya. 


aku hanya ingin kamu selalu menjaga Cherry anak kita. Dia adalah buah cinta kita yang kita inginkan dengan sebuah cinta yang sangat besar, didiklah Cherry untuk menjadi gadis yang sangat baik dimata manusia maupun dimata tuhan. Tolong jangan pernah kamu sakiti hati Cherry dan mengecewakannya, karena itu akan membuat aku menangis.

Titipkan salamku untuk Elen, dia sangat mencintaimu, dia sering mengirimkan bunga saat aku dirawat dirumah sakit, dan aku mohon maaf jika aku lancang telah membaca semua emailmu.

Istrimu yang selalu dan selamanya mencintaimu.
Amanda.

***

Kini Cherry sudah tumbuh menjadi gadis dewasa dan cantik, aku sudah berdiri dihadapannya yang tengah mengenakan gaun pengantin yang sangat indah. Aku membesarkan Cherry seorang diri, kutinggalkan kenanganku bersama Elen yang kini kudengar sudah hidup bahagia dengan keluarganya, dan aku sangat bahagia karena berhasil membesarkan Cherry dengan penuh cinta.

Aku percaya Amanda tidak pernah menangis, karena aku mencintai Cherry melebihi cintaku pada Amanda, Cherry segalanya untukku. Dan saat ini adalah hari terberat untukku karena harus melepaskan Cherry pada calon suaminya, aku harap calon suaminya adalah lelaki yang baik, bukan seperti aku.