Kamis, 19 Mei 2011

KESALAHPAHAMAN membuatku BELAJAR



Aku berdiri di depan toko kue, ku tarik tangan Chika dan masuk kedalam toko kue. Begitu melihat pelayan aku langsung menghampirinya.

Diana : “saya mau strawberry cheesecake, kamu mau apa?”

Chika menoleh kearah meja kue, dan menunjuk.

Chika : “Chocolate cake”.

Diana : dibawa ya mbak.

Pelayan langsung membungkus kue tersebut, setelah membayar Aku dan Chika pergi keluar dari toko kue.

Diana : “makan di rumah ku ya”

Chika mengangguk, kamipun berjalan dipinggir jalan sambil bergandengan tangan.
***

Setelah sampai di rumah, aku mempersiapkan meja taman belakang dan kami duduk berdua sambil menikmati kue yang kami beli.

Chika : “kenapa kamu pilih Strawberry cheesecake?”

Aku menjawab dengan mulut mengunyah sendokan pertama kue.

Diana : “karena hidup aku seperti kue ini, diluarnya nampak cantik, indah, hiasan yang menggiurkan, tapi ketika strawberry ini kamu gigit rasa asamnya terasa, dan jika kamu memakan kue ini dengan kondisi tidak dingin dia tidak akan enak dan tidak bisa tahan lama.. kamu kenapa suka coklat?”

Chika terdiam, wajahnya menunduk.

Chika : “karena nenekku suka coklat”

Aku terdiam lalu tersenyum sambil mengangguk. Aku memang baru mengenal Chika, dia anak baru dikantor ku. Aku melihat sosok Chika yang kurang bergaul, sering menunduk dan terlalu serius, aku mencoba mendekati Chika agar tahu latar belakangnya. Karena aku rasa kehidupan Chika sama seperti hidupku, tidak senormal kehidupan orang lain.

Aku berusaha menghibur Chika dengan beberapa lelucon yang ku ingat-ingat semasa sekolah, namun ketika kami tertawa lepas, tawa kami terhenti ketika Ayahku masuk kedalam rumah dengan merangkul seorang perempuan. Ayahku hanya menatapku sesaat dari kaca jendela dapur lalu pergi begitu saja. Aku menangkap air wajah Chika yang penuh dengan pertanyaan, aku hanya tersenyum sambil menawarkan minum, Chika hanya mengangguk sambil meminta air putih. Aku masuk kedalam rumah.

Didalam rumah, aku mendengar suara gelak tawa perempuan yang Ayahku bawa tadi, suara dari lantai atas itu terdengar sampai lantai dasar, aku hanya menghela nafas sambil menuang air putih kedalam 2 buah gelas.

***
kembali ditaman belakang…

Kini aku tengah mendengarkan cerita hidup seorang Chika, ia bercerita bahwa neneknya hidup bersamanya sejak orang tua Chika meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang. Namun bukan sekedar itu, Chika harus menghadapi kenyataan bahwa selama 15 tahun ini neneknya mengidap penyakit penurunan fungsi saraf otak, yang membuat neneknya merasa seperti anak remaja usia 17 tahun, dimana seakan neneknya sedang merasa jatuh cinta dan menganggap Chika adalah sahabatnya bukan cucunya. Setiap siang Chika harus menerima telepon dari neneknya yang selalu bilang bila dirinya sedang jatuh cinta. Dan dirumah Chika harus menghadapi neneknya yang seperti adiknya. Cerita terhenti ketika telepon genggam milik Chika berdering.

Chika : nenek.

Diana : besarkan suaranya, aku mau dengar.

Aku menyimak pembicaraan Chika dengan neneknya :

Nenek : Chika, kamu dimana? Aku bertemu dia hari ini, dia datang mengantarkan bunga, menemani aku berjalan di taman komplek dan dia mengajarkan aku naik sepeda.

Chika : aku masih dirumah temanku, sebentar lagi aku akan pulang.

Nenek : cepat kamu pulang, aku punya banyak cerita untukmu hari ini.

Dan Chika menutup teleponnya.

Chika : maaf ya Na, aku harus pulang.

Aku mengangguk mengerti, ku antar Chika sampai berjalan hilang di belokan jalan rumah.

***
aku membereskan piring dan gelas yang tadi ku pakai, manaruhnya kembali kedalam rak dengan rapi, tak lama Ayahku dan perempuan itu turun, Ayahku mengantarkan perempuan itu sampai depan pintu dan kemudian menutup pintu begitu saja. Aku menatap Ayah tajam, pikiranku penuh pertanyaan dan Ayah hanya bilang “sekertaris”, aku hanya membulatkan bibirku “ooh”.

***
Selama ini aku memang hidup dengan Ayahku, sejak Ibuku meninggal 5 tahun yang lalu, komunikasiku dan Ayah tidak pernah berjalan baik. Kami seperti orang asing yang hanya mengenal sebatas nama, dan jabatan. Bisa dikatakan kami tak seperti layaknya Ayah dan Anak, aku selalu bertengkar dengan ayahku saat aku tahu bahwa Ayahku menjadi suka minum dan banyak bermain dengan banyak wanita. Itu yang tidak dapat aku terima, Ayah berubah setelah Ibu pergi. Bagiku ini tidak masuk akal, aku selalu berusaha bicara padanya tapi Ayah sangat menutup rapat-rapat mulutnya, baru ditahun ini ia agak sedikit bicara walaupun hanya sepatah atau dua kata.

Sempat aku bertengkar hebat dengan Ayahku, saat itu ulang tahunku, Ayah tidak mengucapkan apapun padaku, Ayah hanya menatapku lalu pergi meninggalkan rumah selama seminggu, setelah aku tahu ia pergi bersama banyak wanita, aku marah luar biasa, aku sangat kecewa dengan apa yang beliau lakukan.

***

Saat ini aku duduk berhadapan dengan Ayahku di ruang tengah, Ayah memberikan aku sebuah amplop. Dan aku membukanya.

Diana,

Maaf hanya bisa dengan surat ini Ayah menjelaskan semua yang terjadi.

Kemudian Ayah memberikan amplop lainnya.

Dear Diana,

Ayah tahu lima tahun belakangan ini kau sangat kesepian tanpa hadirnya seorang ibu, Ayah masih ingat jelas pertengkaran hebat dimana kamu memarahi Ayah karena Ayah bermain dengan banyak perempuan. Ayah tahu telah banyak melakukan kesalahan, tetapi kamu perlu tahu.. Ibumu tak akan pernah tergantikan oleh siapapun, sebelum Ibumu meninggal kenyataan pahit yang harus Ayah dapati adalah Ibumu meninggal dalam kecelakaan bersama kekasihnya. Mungkin kamu ingat seorang pria paruh baya yang ada saat Ibumu meninggal, dikamar rawat.

Aku mencoba mengingatnya,.. benar! .. Ayah benar! Aku ingat, seorang pria berusia sama seperti Ayahku menemani Ibuku sebelum aku dan Ayah sampai di rumah sakit, dan sebelum meninggal Ibu menggenggam tanganku sambil berucap “maafkan Ibu, tolong jaga Ayahmu”.

Jika kau sudah mengingatnya, apa kau bisa merasakan apa yang Ayah rasakan saat ini? Ayah tidak melakukan hal yang macam-macam dengan perempuan yang selama ini bersama Ayah, Ayah hanya ingin mencari pengganti Ibumu, Ayah hanya ingin berusaha yang terbaik untukmu, tetapi Ayah salah. Apa yang Ayah lakukan tidak pada tempatnya. Dan sekarang Ayah menyesal, Ayah sempat tidur dengan satu perempuan dan perempuan itu bukan perempuan baik. Jika kamu melihat perubahan pada tubuh Ayah, saat ini kau harus tahu bahwa Ayah sakit. Dan Ayah sangat menyesal, Ayah mohon.. maafkan Ayah.

Tulisan dalam surat terhenti, Aku terdiam memikirkan maksud Ayah, Ayah memberikan aku amplop selanjutnya, Amplop yang berbeda dengan amplop sebelumnya. Dan sangat terkejut saat aku membaca bahwa itu adalah surat keterangan dokter yang menyatakan bahwa Ayah menderita “AIDS”. Aku menatap Ayah, airmataku berjatuhan tak dapat kutahan, kubuang semua surat dan aku berlari keluar rumah.

***

Aku berlari disepanjang jalan, menahan isak tangis yang membuat nafasku tak menentu.  Entah harus kemana aku berlari, aku hanya membutuhkan tempat yang tenang untuk sesaat menenangkan fikiranku.

***

aku telah sampai didepan rumah Chika, aku melihat wajah Chika yang bertanya-tanya menatap wajahku yang tentunya tidak karuan. Aku juga melihat Neneknya yang sedang sumringah menatap setangkai bunga di tangannya, aku mencoba menyapa Nenek tetapi tak ada jawaban.

Kepada Chika aku tak bisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, karena Chika terlalu sibuk mengurus neneknya yang menurutku tepat seperti orang yang memiliki gangguan jiwa, tapi aku melihat wajah Chika yang menemani Neneknya tanpa beban, Chika ikut tertawa, ikut menari bahkan mendengarkan cerita neneknya tanpa lelah.

Apa yang Chika lakukan pada Neneknya seharusnya apa yang aku lakukan pada Ayah, aku terdiam menatap pandangan yang membuat mataku kembali berair, pandangan yang merubah fikiranku, dan saat itu aku hanya memeluk Chika dan pamit untuk kembali pulang.

***

Sesampainya dirumah aku melihat Ayahku sudah didepan pagar dengan beberapa tas ditangannya.

Diana : Ayah mau kemana?

Toni : Ayah akan pergi, agar kamu tidak tertular. Maafkan Ayah.

Diana : Ayah pergi begitu saja meninggalkan Ana? Tidak merasa bersalah?

Ayah hanya terdiam, aku berlari memeluk Ayahku.

Diana : Ana yang seharusnya minta maaf sama ayah, seharusnya Ana bertanya pada ayah baik-baik, bukan langsung marah dan menuduh ayah. Dan ayah, Ana tidak ingin ayah pergi, karena penyakit ayah tidak membuat Ana menghindari ayah, walaupun kita tetap harus menjaganya, tapi Ayah tidak akan pernah tergantikan, biarkan Ana merawat ayah, dan janji sama Ana ayah tidak berhubungan dengan wanita manapun lagi.

Ayah tersenyum padaku dan mengangguk.

Toni : Ayah janji.

Aku memeluk Ayahku dengan erat.

***
Ayah meninggal pada usia 72 tahun, dimana tubuhnya terlihat sangat kurus namun kulitnya tetap terawat, begitupun dengan Nenek Chika, beliau wafat terlebih dahulu. Dan kini aku dan Chika membuka Rumah sakit untuk membantu para pasien penderita penyakit yang memerlukan bantuan dan perhatian ekstra.

Minggu, 15 Mei 2011

Cookies..

Aku memasukan butter atau mentega secukupnya (kira2 lebih dari setengah dari 1 kotak butter) ke dalam mangkuk besar dengan bahan plastik tebal, diaduk atau bisa menggunakan mixer sampai lembut, masukan 2 butir kuning telur, gula (halus atau pasir) aduk sampai rata, perlahan masukan tepung terigu berprotein sedang (sesuai banyaknya kue yang akan di bikin), mengaduknya dengan tangan lebih akan terasa enak dibandingkan dengan alat bantu (sendok dan lainnya) aku masukan bubuk cocoa (bubuk coklat sebagai perasa dan warna) lalu aku memasukan 2 tetes perasa almond, masukan coklat chips kecil diaduk perlahan (pakai perasaan). setelah terasa lembut dan sudah merasakan adonan cukup rasa manisnya, aku membentuk adonan menyerupai kepingan koin dengan ukuran agak besar. setelah aku membentuk semua adonan, sampai adonan tidak tersisa, aku memasukan bentuk adonan tersebut kedalam loyang yang sudah dialasi kertas kue.


Aku menata adonan dengan memberikan jarak agar hasilnya tidak menempel, setelah itu ku masukan loyang kedalam oven yang sudah dipanaskan terlebih dahulu, tidak terlalu lama hanya kurang lebih 15 menit menunggu sampai coklat cookies matang dan siap dinikmati. 

__SELAMAT MENCOBA :)__

Enjoy your Life



Ketika anda berjalan bersama saya dengan melangkahkan kaki kanan dan kiri menapaki jalanan kecil dengan taman berbunga yang mengelilingi..apakah anda yakin bahwa hari itu anda telah bersama saya untuk sesaat, semenit, sejam, sehari, seminggu, sebulan, setahun atau selamanya..
Apakah anda yakin bahwa setiap detik yang berpindah itu adalah gambaran kecil dari dunia kehidupan. apakah anda tahu bahwa setiap nafas manusia yang berhembus didunia ini adalah nafas dengan banyak harapan?
Harapan untuk hidup, harapan untuk selalu mendapatkan keinginan yang terbaik. dan kini apakah dapat anda gambarkan apa yang akan anda pilih?
Apa yang anda pahami?
Memilih untuk diam atau memilih untuk maju?
Memilih untuk damai atau bertempur?
Memilih untuk berjuang atau diperjuangkan?

__ENJOY YOUR LIFE__

AKU


***
Ketika aku merasa aku sudah benar..
Aku telah dewasa, aku bisa mengerti..
Aku bisa memahami, aku telah belajar..
itu hanya alasan dalam fikiran ku..
pelajaran hidup yang ku alami berbanding terbalik dengan apa yang ku fikirkan dan kenyataan.
apa yang benar menjadi salah, dan apa yang salah menjadi benar (dalam fikiran).
ketika seseorang meminta ku menggunakan hati untuk membantu menenangkan semua fikiran, aku mencobanya dengan perlahan.
walaupun berat, tapi ini adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik, bahkan menjadi baik yang sesungguhnya, bukan karena diminta, bukan untuk diminta, tetapi untuk diri sendiri dan untuk semua orang.

***
Aku berusaha mengesampingkan apa yang ada didalam fikiran..
Menghapus puluhan tahun fikiran dan prinsip yang sempat dimiliki.
Menatap langit-langit yang dilintasi pelangi tanpa warna.
Menghadapi setiap langkah tanpa kicauan burung.
Merasakan senyapnya dunia yang seolah berpaling.
Dan aku ingat sebuah janji yang berbunyi :

"Jika kau berhasil semua akan lebih indah dari imajinasimu yang lebih gila dari fikiran orang lain"

Aku hanya duduk termenung mengartikan maksud kalimat, kata demi kata.
Menikmati alur cerita yang dibuat untuk mengingatkanku setiap tanda tebal, garis bawah dan keterangan.
Menikmati bait demi bait lirik yang tertulis begitu banyak makna.
Menyentuh bagian dasar bumi untuk membantuku menghadapi perjalananku dan belajar memahami semuanya dengan bersyukur kepada Tuhan.

***

Sabtu, 26 Maret 2011

Aku mencintaimu ibu..



Meringis jiwaku saat melihat mereka menyingkirkan segumpal darah bernyawa.
Teriris hatiku saat mendengar berapa banyak anak yang ditelantarkan.

Anak adalah anugerah,
Diinginkan, tidak diinginkan..
Dicintai, tidak dicintai..
Namun mereka tetap Anugerah..

Setelah melakukan kesalahannya, setiap hati seorang ibu akan selalu menyesal.
Lalu apa penyesalan dapat merubah semuanya akan menjadi lebih baik?
TIDAK.

Berapa banyak nyawa lagi yang harus dikorbankan? Berapa banyak nyawa yang harus menangis?

Apakah tidak bisa kita merasakan denyut nadinya..
Mendengar tangisannya..
Melihat langkah kaki kecilnya..

Apakah kita tetap bisa melihat tawa kecilnya?
Tatapan matanya, dan senyuman termanisnya?

Beberapa pasangan bertahun-tahun mendambakan mereka..
Tetapi pasangan lain membuang mereka, sebenarnya mereka berteriak “aku mencintaimu Ibu”

Cintai mereka sebelum dan sesudahnya, maka mereka akan menjadi anugerah terindah, karena mereka adalah yang terindah dari segalanya yang terindah.


Cintai mereka sepenuh hati


Mereka tak pernah memujiku,
Mereka tak pernah membenciku,
Mereka tak pernah mentertawaiku,
Tetapi mereka mencintaiku..

Sejak kecil mereka menemani setiap langkahku tanpa mengeluh, walaupun keringat menetes dari tubuh mereka.

Mereka selalu menyanyikan lagu tidur, seakan aku tak pernah terjaga dan selalu terlelap dalam tidurku saat mereka mengalami mesalah, dan mereka menjagaku sampai aku dewasa.

Keterbukaan kami membuat cinta kami selalu membuat keadaan buruk menjadi baik, yang sedih menjadi bahagia, dan tentu tak mudah menatanya..

Kami berjuang bersama dalam hidup, mengalami lika-liku, kesakitan, kepedihan yang selalu kami bagi bersama untuk memecahkan segala masalah dengan mencari alasan dan memperbaikinya.

Keluarga adalah segalanya, beruntungnya jika keluarga lengkap dengan cinta yang indah.

Pasti akan banyak kenangan bagi setiap keluarga yang tak lengkap, maka nikmatilah dengan kasih sayang sepenuhnya.

Jangan sia-sia kan orang tua, karena restu, do’a dan kata-kata mereka sesungguhnya adalah petunjuk jalan terbaikmu.. karena tuhan menitipkan mu pada mereka..

Untuk seluruh orang tua dan keluarga diseluruh dunia,


Aku membutuhkanmu..




Aku tak sepintar pencipta lagu yang dengan mudah menemukan kata dengan melodi.

Aku tak sepintar penyair yang bisa menghayati setiap syair dengan perasaan.

Tapi yang aku rasakan ini adalah pasti. Aku merasakan sesuatu..
Maka maafkan jika ada beberapa baris kalimat yang aneh.

Kau bukan hanya memindahkan isi tasku..
Bukan hanya memindahkan isi pikiranku..
Tetapi kau membawa aku kembali dari masa laluku.

Dan aku tidak percaya, sampai “Dia” bilang : Tenang!

Meskipun aku  tahu dari catatan sejarahku, aku bukanlah yang terbaik, yang aku minta hanya “jangan lepaskan aku”.

Aku yakin pada setiap kisah yang sama, bertahun-tahun aku bahagia hidup di dalam kenangan dan kejayaan yang lalu.

Tetapi kau memberikan aku alasan untuk bangkit kembali..
Kini aku membutuhkanmu walaupun kau hanya memberikan aku bunga potongan setiap bulan.



Terimakasih atas setiap waktu yang selalu kau berikan.
Terimakasih untuk setiap waktu yang kau luangkan untuk mendengarkan keluh kesahku.

INDONESIA, Aku Cinta..




Aku masih melihat anak-anak merengek meminta makanan, anak-anak yang ingin sekali bersekolah dengan harapan dan air mata yang berlinang.

Aku masih melihat orang-orang tua yang duduk dipinggir jalan.. menaikan tangan mereka dengan PASRAH atau TERPAKSA.

Mengapa?
Mengapa?
Mengapa mereka?

Apakah tidak cukup bantuan dari negri untuk mereka? Apa yang bisa kita lakukan untuk mereka? Apa yang harus kita benahi untuk negri tercinta..

Apa?
Apa?
Apa semua akan menjadi baik?

Bagaimana caranya agar setiap orang memiliki satu pikiran untuk memikirkan kekurangan bangsa dengan membenahi segala penyebab kekurangan tersebut.

Bagaimana?

Apakah kami harus berdiam diri, berpangku tangan sambil memandang kosong tanpa menoleh?

Dengan menghormati yang terdahulu,
Jiwa muda harus menunjukan, Bangkit!, bangkit bersama! Berjuang untuk negeri Indonesia.
Diawali dengan pencerminan pada diri sendiri, percaya! Mampu!

to : Indonesiaku

Wanita tua disebrang




Setiap pagi, saat matahari masih malu-malu menatap langit, aku melihatnya keluar dari pintu kayu rumah itu, ia menyibakkan beberapa kain beraroma jamu.

Di siang hari, ia selalu menyisakan sepiring nasi untuk dikeringkan dan diolah menjadi makanan ringan.

Dan langkah kakinya selalu beriringan dengan irama sapu lidi setiap sore, menyingkirkan daun-daun yang kering bernuansa coklat.

Malam hari, tak pernah ia melewatkan waktu untuk selalu duduk di depan terasnya di kursi goyang sambil memandang langit gelap yang bertabur bintang setelah sholat isya.