Selasa, 25 Januari 2011

CERPEN : BEN!


Ben, pemuda berambut cepak, putih, tinggi dan gagah ini berlari sangat cepat, beberapa pria berseragam hitam-hitam layaknya FBI berlari mengejar Ben, Ben menabrak beberapa orang yg berdagang sampai dagangannya hancur lebur,tak jauh dari arah yang berlawanan Nampak seseorang memberi kode pada Ben, lalu dengan cepat Ben melempar box yg di balut Koran yang ia pegang sedari tadi ke seseorang yang dia lewati, orang itu dengan cepat juga melempar amplop coklat berisi uang. Ben terus berlari dengan sangat cepat, berlari ke gang sempit, dan tim FBI kehilangan jejak Ben.

****

Ben masuk kedalam rumahnya, tampak wanita paruh baya bernama Sani duduk di depan meja dengan tatapan kosong. Ben duduk disamping sani mengambil tangan Sani dengan lembut dan memberikannya sebuah amplop. Sani hanya terdiam melihat amplop itu, Ben mencium kening Sani lalu pergi keluar rumah. Sani menatap kepergian Ben begitu saja.

****

Ben berjalan disuatu gang sambil meyalakan rokoknya. Ben berjalan tenang, tapi tiba - tiba terdengar suara “HEY!!.. Jangan lariii.. Kejarr!!” dengan cepat Ben berlari tanpa menoleh, beberapa FBI tadi  mengejar Ben kualahan.

****

Dari arah lain seorang laki-laki paruh baya bernama Roy, berpakaian rapi dan berjas memperlihatkan mimik wajahnya yang dingin duduk di dalam mobil mewahnya dengan tenang. Saat itu Roy tanpa sengaja melihat Ben yg berlari-lari di kejar beberapa FBI.

****

Dijalan Ben masih berlari, mobil Roy putar balik, saat di tikungan mobil dengan cepat berbelok, pintu terbuka dengan cepat dan beberapa tangan menangkap Ben. FBI yg mengejar Ben tidak lihat kejadian itu dan kehilangan jejak.

****

Ben sudah berada di suatu ruangan, Ben terduduk. Di hadapannya sudah ada Roy dan beberapa anak buahnya. Ben terdiam, Roy mulai bicara “Saya tidak kenal kamu. Tapi di jalan saya melihat kamu di kejar beberapa FBI. cepatnya kamu berlari mendorong saya untuk meminta bantuan kamu. Tapi kenapa kamu di kejar-kejar?” Ben hanya terdiam tetap membisu, Roy melanjutkan “Sepertinya kamu belum bisa untuk di ajak bicara…. baik saya akan tetap duduk disini sampai kamu bicara”. Ben menatap Roy tajam, lalu mulai bicara “Kenapa tangkap saya?” Roy kemudian menjawab dengan cepat “Karena saya membutuhkan orang yang seperti kamu”. Ben terdiam sejenak “Untuk apa?” tanya Ben lagi, “Untuk bekerja!” jawab Roy ,Ben tampak curiga saat itu tetapi Roy menatap Ben tajam. “Kenapa kamu dikejar-kejar?,… pengedar?” tanya Roy ,Ben menatap balik Roy lalu berkata tegas “Itu pekerjaan saya untuk menghidupi keluarga!” Roy tersenyum “Jadi kamu ingin menghidupi keluarga?, dan yang terpenting kamu dapat uang? Begitu?” Ben mengangguk pelan namun tetap menatap tajam kearah Roy. “Saya akan memberi kamu pekerjaan yang bagus, dengan bayaran tiga kali lipat dari yang biasa kamu dapatkan!” lanjut Roy, Ben menatap Roy heran, dan keadaan saat itu menjadi hening. Ben terus menatap Roy yang sedang bicara terus menerus. Kemudian Ben dan Roy bersalaman tanda sepakat, entah apa yang sebenarnya Roy perbincangkan pada Ben. Dan saat itu beberapa anak buah Roy memberikan sebuah map dan Ben tampak menandatangani sesuatu.

****

Ben sudah berpakaian rapi dengan jas, dasi dan lengkap dengan sepatu pantovelnya. Ben tidak sendirian tetapi bersama 4 anak buah Roy. Ben dan 4 anak buah sedang menunggu sesuatu di dalam mobil. Tiba-tiba 5 laki-laki keluar dari sebuah lorong gang yang gelap. Ben dan 4 anak buah turun dari mobil dan langsung berkelahi dengan 5 orang laki-laki tersebut. Ben sempat terpukul beberapa kali, namun Ben dan 4 anak buah Roy berhasil memukuli ke lima laki-laki itu sampai ada yang mati dan pingsan. Ben nampak tegang melihat semua kejadian itu. nampak dari wajahnya Ben merasa bersalah. Keempat anak buah langsung masuk ke dalam mobil, tapi Ben masih terdiam melihat kejadian itu. Salah satu anak buah memanggil, “Ben.. Ayo cabut!!” Ben lalu cepat berlari masuk ke mobil sambil sesekali menoleh kebelakang.

****

Ben tampak duduk dengan tangan berlipat dibawah dagu sendirian di kursi taman belakang rumah Roy yang begitu luas. Ben tampak melamun dengan pandangan kosong. Roy melihat Ben dari arah dalam rumah, Roy keluar dan duduk di samping Ben. Ben tersadar dari lamunan dan memandang sekilas kearah Roy “Melamun.. memikirkan keluarga kamu? Atau tentang pekerjaan baru kamu ini?” tanya Roy, Ben memandang lama kearah Roy lalu menarik nafas “Sebenarnya kenapa anda menyuruh saya untuk membunuh orang-orang itu? mereka punya hutang pada anda?” dan Roy tertawa menatap Ben. “Ya.. Kamu benar.. Mereka punya hutang pada saya” Ben tambah bingung dan terus menatap Roy, dan Roy melanjutkan perkataannya “Waktu saya masih kecil, ayah saya punya hutang pada salah seorang yang cukup besar di daerah sini. karena tidak sanggup membayarnya ayah saya di bunuh termasuk ibu dan 2 adik saya. Hanya saya dan adik perempuan saya yang paling kecil yang selamat”.  Ben menatap Roy, “Dan sekarang saya benar-benar dendam. Saya ingin menghabisi semua turunan keluarga orang itu untuk membayar nyawa keluarga saya” tambah Roy, “tapi” Ben bicara, “Sudahlah.. Tak perlu kamu tanya lagi soal itu, lebih baik sekarang kita masuk, saya mau kenali kamu dengan adik saya” Ben mengangguk dan masuk kedalam rumah mengikuti Roy.

****

Tampak seorang perempuan sedang makan sendiri di meja makan. Posisinya membelakangi  Roy dan Ben yang berjalan mendekati meja makan. ”Anya?” panggil Roy lembut, Perempuan itu berdiri dan membalikkan tubuhnya yang langsing itu, rambut panjang yang terurai membuatnya nampak sangat anggun. Anya tersenyum ramah menatap Roy “ya kak?” sahut Anya lembut “Kenali ini Ben.. Yang semalam kakak ceritakan sama kamu” tanpa basa basi Anya memberikan tangannya “hai.. aku Anya” Ben tersenyum menatap Anya dan membalas sapa Anya “Ben” ,“Senang berkenalan dengan kamu” lanjut Anya. Ben masih menatap Anya tampak tak percaya kalau adik Roy sangat cantik. Roy tersenyum kearah Ben lalu menyenggol tangan Ben, “ayo makan!” Ben tersenyum kearah Roy.

****

Roy,Anya,dan Ben nampak masih makan, diam-diam Anya mencuri-curi pandang pada Ben yang ada dihadapannya dan beberapa kali juga Ben menatap balik Anya, mereka sesekali saling melempar senyum. Roy sama skali tidak memperhatikan kejadian ini. tiba-tiba anya membuka percakapan “Ben.. Kamu punya kakak? atau adik?” Ben sempat terdiam sesaat, lalu menjawab “Aku gak punya kakak.. Aku punya dua orang adik” , “Laki-laki? Perempuan?” tanya Anya lagi. Roy melihat kearah Ben.  “Perempuan dan laki-laki yang paling kecil..tapi..” Anya memotong “tapi apa?” Ben terdiam dan.. “entah mereka ada dimana sekarang” jawab Ben pelan, Anya dan Roy terdiam, Ben kembali bercerita “Adik perempuanku sempat ditawar orang beberapa waktu lalu. aku berjuang membela dia agar tidak di bawa pergi.. Tapi adik ku malah kabur dan sampai sekarang belum di temukan, Ibuku jadi terpukul sejak itu. Dan adik ku yang laki-laki entah dimana keberadaannya dia sudah tidak pernah pulang sejak adik perempuanku kabur. Dan sekarang Ibuku tak pernah mau bicara lagi..” Anya jadi sangat sedih, Saat Ben ingin melanjutkkan ceritanya salah satu anak buah Roy datang membawa sebuah map coklat dengan berjalan santai “Pak.. Maaf mengganggu..” santun anak buah itu, Roy menoleh dan melihat map coklat itu, diraih map itu dan  Roy melihat isinya. Ben dan Anya hanya menyaksikan penuh tanya. Wajah Roy jadi mengeras, Roy bangkit dari duduknya lalu pergi dari ruang makan. Anak buah Roy mengikutinya. Anya dan Ben saling bertatapan.

****

Roy duduk di kursi ruang tengah yang megah itu. Anak buah Roy berdiri di sampingnya.  “Jadi.. Hanya tinggal mereka sisanya?” Roy bertanya pelan, anak buah itu langsung menjawab “Iya pak.. Hanya sisa mereka” kemudian Roy kembali bicara “Panggilkan Ben”.  Anak buah langsung pergi dari ruangan itu.

****

Roy masih duduk di tempat yang sama. Dua orang anak buahnya datang membawa satu tas koper yang tidak begitu besar, berbarengan dengan itu Ben datang bersama anak buah  tadi. Roy menyambut kedatangan Ben dan mempersilahkan Ben untuk duduk dan Ben duduk di hadapan Roy. Roy memberi tanda kepada anak buahnya untuk membuka koper itu. Ketika koper di buka Ben sangat terkejut melihat uang yang begitu banyak di hadapannya. Ben menatap Roy dan uang bergantian. “Itu bayaran kamu. Tapi kamu baru bisa ambil setengahnya saja, karena masih ada satu tugas!” Roy menutup koper dan memberikan sebuah foto dari map coklat di tangannya. “Tangani keluarga itu….kamu harus bisa masuk kedalam rumah itu. Kecepatan kamu berlari menjadi taruhannya.. Kalau kamu berlari cepat berarti semakin cepat kamu akan selamat sampai masuk kedalam rumah.. Rumah itu cukup luas dan cukup jauh jarak dari pintu pagar sampai pintu utama” Ben menatap foto itu. Lalu menatap Roy mengangguk. Roy tersenyum. “Setengah uang ini boleh saya bawa untuk ibu?” tanya Ben, dan Roy menangguk tanda setuju.

****

Di rumah Ben, Sani terduduk di kursi sambil merajut. Ruangan itu terlihat sangat rapi dengan tataan yang baik. Di depan sani ada meja yang tersedia secangkir teh dan foto keluarga mereka. tiba-tiba tanpa suara ketukan pintu terbuka, Ben masuk menatap sani yang masih serius merajut. Ben berlutut di depan sani, Sani menatap Ben  dengan mata kosong. “Bu.. Sampai kapan Ibu begini terus?” Ben memeluk sani rindu. Rajutan di tangan Sani jatuh kelantai. 

Sani mulai menggerakan tangannya dan balas memeluk Ben. Ben melepas pelukannya menarik tangan sani dan menciumnya penuh kasih sayang. Sani masih memandang Ben, dan tanpa sadar air matanya jatuh. Ben tersenyum melihatnya lalu Ben memberikan amplop coklat berisi uang kepada Sani. “Ibu harus simpan ini ya.. Ben harus pergi sekarang. Masih ada pekerjaan yang harus Ben selesaikan”  Sani membelai wajah Ben lembut dan bicara terbata-bata “Ha..ti..ha..ti..Nak” Ben tersenyum mengangguk lalu pergi meninggalkan Sani yang menatap kepergian Ben dengan penuh air mata.

****

Mobil sedan hitam Roy bejalan kencang di jalan luas yang dikemudikan salah seorang anak buah Roy dan berpenumpang Ben di depan dan 1 anak buah lagi di belakang.

****

Mobil berhenti di pom bensin. Anak buah 1 turun mengisi bensin. Ben turun dan masuk kedalam mini market di sebrang, membeli beberapa minuman lalu kembali masuk dalam mobil.

****

Mobil berjalan di jalan raya. Ben membuka kaca mobil dan mebuang rokoknya.

****

Hari berganti malam, Mobil berhenti di sisi jalan. Ben membuka kaca mobil dan melihat di sebrang. terlihat rumah mewah di sebrang jalan. Ben menatap rumah bergantian dengan foto di tangannya.

****

Mobil masuk kedalam rumah, mobil di periksa oleh petugas di depan rumah dan petugas mengizinkan mobil masuk. Ben perlahan membuka pintu mobil. Dengan hati-hati Ben terus memandang kebelakang mobil agar tidak ada yang melihat dan Ben berhasil turun dari mobil. Ben langsung berlari sekencang mungkin namun tetap hai-hati. Mobil berjalan pelan kearah pintu utama. Ben berlari kearah belakang rumah.

****

Anak buah 1 dan anak buah 2 keluar dari mobil dan mengetuk pintu. Pintu di buka oleh pelayan dan mereka berbicara, lalu pelayan mengizinkan mereka masuk.

****

Ben masih berhati-hati berjalan kecil, suasana sangat gelap nampak hanya ada beberapa cahaya kecil yang sudah redup. Ben menemukan pintu dapur di bagian belakang dan membukanya. Ben masuk kedalam dengan hati-hati.

****

Kedua anak buah duduk di ruang tengah mereka bergantian menatap kesegala arah.

****

Ben sudah ada didalam dapur, Ben masih berjalan pelan dan sangat hati-hati, tiba-tiba seorang pelayan masuk, Ben dengan cepat bersembunyi dibalik lemari es. Pelayan tampak menyiapkan 2 minuman. Saat pelayan membelakangi Ben, Ben langsung berlari cepat keluar dapur. Pelayan sempat menoleh seperti merasakan sesuatu namun tidak melihat Ben dan tidak mengubrisnya.

****

Ben masih berjalan pelan melewati ruang tengah dan melihat Anak buah 1 di ruang tengah. Anak buah 1 langsung memberikan kode untuk naik keatas. Ben langsung lari keatas. Tidak lama Ben berlalu, pelayan keluar membawa minuman.
“Ditunggu sebentar. Tuan belum pulang, kalau Nyonya mungkin sebentar lagi turun” pelayan bicara ramah.
Kedua anak buah tersenyum dan mengangguk. Pelayan kemudian pergi.

****

Ben sudah sampai di lantai atas. Ada beberapa ruangan dan pintu disana. Ben memperhatikan seluruh ruangan dan pintu-pintu itu bergantian. Lalu Ben memakai sarung tangan hitamnya dan membuka pintu paling depan melihat kedalam dan menutupnya lagi. Namun  saat Ben ingin berjalan ke pintu berikutnya, pintu disebelah kirinya berbunyi nampak akan terbuka, Ben langsung masuk ke ruangan yang tadi Ben ingin buka untuk bersembunyi. Dan dari pintu sebrang terihat dua orang anak perempuan dengan pakaian princess berlari sambil tertawa masuk ke ruangan lain dan menutup pintu itu. Ben melihat dari ruangan itu jadi tahu bahwa ada orang lain di dalam kamar tersebut. Ben keluar dari persembunyian langsung cepat mendekati pintu itu.

****

Terlihat kamar yang cukup besar, ada seorang perempuan paruh baya yang memakaikan baju pada anak laki-lakinya, dan ada dua anak perempuan yang bercanda-canda sambil berlari memutari Ibunya. tiba-tiba pintu dibuka oleh Ben. Semua kaget, anak-anak berteriak. Tapi Ben dengan cepat menyuruhnya diam. Ben mrengunci pintu.

****

Kedua anak buah masih dibawah nampak meliahat-lihat keatas dan beberapa kali melihat jam di tangan mereka.

****

Ben masih terdiam menatap Perempuan dengan 3 anak di hadapannya, perempuan ini menatap Ben takut “Kamu siapa?, Mau apa?” Ben menatap Perempuan itu tajam “Saya tidak tahu apa masalah anda. Tapi saya hanya menjalankan tugas!” Ben mengeluarkan pistol dari sakunya. Perempuan itu sangat kaget, ketiga anaknya berteriak kencang tapi Perempuan itu menyuruh anak-anaknya diam. anak-anak itu memeluk Ibunya takut, Perempuan itu sangat kaget lalu menangis. “Siapa yang menyuruhmu untuk membunuh kami? siapa?” Ben hanya terdiam.

“Apa salah kami?, saya tidak kenal dengan anda!” perempuan itu makin berteriak, Ben masih terdiam, tetapi makin mengarahkan pistolnya kedepan dan lurus kearah Ibu dan ketiga anak itu. “Apa kamu tega membunuh kami?” Perempuan itu makin menangis, saat itu hati Ben mulai bergetar memandang perempuan dihadapannya.

****

Ben terdiam, ingatannya berputar dengan cepat dan memutar kejadian beberapa waktu silam saat Ben berusia tujuh tahun, Ben berlari di kejar Rusli, Ayah Ben yang membawa pukulan rottan di tangan kanannya, Ben makin lari kencang dengan ketakutan, Ben masuk ke pagar sebuah rumah dan menabrak Sani,Ibunda Ben. Sani menggendong Ben dan marah-marah pada Rusli “Pak sudah jangan dipukuli terus, anak itu untuk disayang pak. Kalau dia nakal cukup di nasehati, bukan di pukul dengan cara seperti ini” Rusli marah dan “PLAAKK!!, Rusli malah menampar Sani, Sani terjatuh Ben pun terlepas dari gendongannya, Ben menangis, dan Rusli pergi meninggalkan mereka, Sani memeluk Ben sambil menangis.

Malamnya saat Rusli masuk kedalam rumah dengan mabuk, diraihnya Sani dan dipukuli habis-habisan tanpa sebab, kemudian Rusli pergi begitu saja. Ben hanya bisa melihat semua kejadian itu.

Hari telah berganti saat itu nampak Rusli sudah tergeletak di depan pintu, Sani yang tengah mengandung 7 bulan pagi itu membuka pintu dan mencoba membangunkan Rusli tetapi tak ada gerakan, nafas pun tak ada, Rusli telah meninggal, Sani menangis tersedu-sedu, Ben yang saat itu baru pulang sekolah langsung melempar tasnya dan mendekati Sani.  “Bapak mu meninggal nak..” Ben terdiam melihat Sani menangis terisak-isak sambil menyebut-nyebut nama Rusli.

****

Di dalam kamar Ben masih terdiam tangannya bergetar membayangkan Sani. Perempuan dengan ketiga anak itu masih nangis ketakutan. Tiba-tiba suasana jadi sangat hening. Perlahan tangan Ben turun dengan lambat. suasana jadi hening tubuh Ben terkulai terjatuh duduk perlahan di lantai. Dan lama-kelamaan keadaan jadi semakin hening dan gelap.

ket : Fiksi

4 komentar:

  1. keren,,ceritanya...mantap!!!

    BalasHapus
  2. Congratz y Andah...Cerpenx bgus bangetz. dlm hal ini btp pntingx Klrga itu. krn dr sgl kekuatan qt itu berada pd klrga yg sllu mmbrikn support n kasih syng yg tak terhinggga. n dlm stp hal yg qt lkkun jg hrs pnya perasaan, agr bs mengerti dr stp kjdin yg prnh qt almi...shgga bs mmbt qt mnju k jln yg lbh baik lg..once again, GOOD LUCK for Andah n Lovandah. Keep Going....!!!!

    BalasHapus