Senin, 28 Februari 2011

..TERIMAKASIHKU..

"SubhanAllah, aku sangat bersyukur bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang-orang di luar sana, khususnya Keluarga, Sahabat,Teman dan para Penggemarku".

Keluarga : lebih dari yang aku bayangkan, mereka mendukung penuh apa yang sudah ku rintis dari awal, cinta kasih sayang yang sangat penuh mereka berikan walaupun tidak ditunjukan dalam perkataan, tetapi mereka menunjukan pembuktian dengan perlakuan yang mereka lakukan untuk membantu aku. Dukungan ini yang selalu menjadi penguat hidup aku sampai saat ini.


Sahabat : kalian bagaikan penopang disaat aku terjatuh, dan ketika aku hendak jatuh kalian langsung membantu aku untuk cepat berdiri, menenangkan hati dikala aku tidak mendapatkan keseimbangan saat berjalan, dan kalian menggandengku dengan kekuatan cinta yang begitu besar..aku sangat merasa beruntung memiliki kalian.


Teman : teman-temanku yang selalu ada untuk menemani aku dalam kesepian, membuat suasana hening terasa ramai dan bahagia, kalian membuat aku tertawa dikala tawaku hampir lelah, kalian membangun jiwaku yang tertidur menjadi memiliki semangat, semangat baru untuk terus berjalan. Terimakasih beribu terimakasih.


Penggemar : kalian memang bukan keluargaku, tetapi kalian mendapatkan posisi yang berada di satu hati dengan para sahabat dan temanku. Kalian sudah menjadi bagian hidup, karena tanpa kalian aku tak akan seperti ini. Kalian banyak membantu aku dalam hal apapun, dukungan dan support kalian membuat aku tidak lemah, cinta kalian membuat aku bangkit dari tempat duduk yang paling terpojok. Mungkin aku tak bisa berbagi banyak hal kepada kalian, karena masih ada keluarga yang menjadi prioritas utama untuk lebih mengetahui hal-hal yang lebih mendalam. tetapi apapun yang kalian lakukan untuk ku aku sangat menghargainya, itu adalah perwujudan rasa sayang kalian dan aku sangat menghargai dan menghormatinya. Terimakasih untuk semua cinta kalian, insya allah aku bisa memberikan yang terbaik untuk kalian.

_ndah_

Jumat, 25 Februari 2011

Cerpen : "KESEMPATAN ITU ADA"


Hari itu terik matahari menyinari jalan tol jakarta-anyer, hawa panas dari matahari terlihat sangat menyengat, tak ingin rasanya aku membuka jendela mobil pasti panas sekali. 

Aku dan Gel (kekasihku) menuju perjalananku ke anyer, karena kami ada acara keluarga dan kami sangat bahagia karena dua hari lagi adalah hari yang paling kami nantikan, kami akan menikah. Rasanya kami ingin memutar waktu agar lebih cepat. Namun kebahagian itu…

“aku dan kamu.. selalu bersama.. lewati malam.. walau tanpa bintang..” ku dengar lagu itu dilantunkan oleh ayah dan anak dalam sebuah radio, aku dan Gel menyanyikannya sepanjang perjalanan, kami tertawa dan bercanda.

Aku : Kita banget ya lagunya..

Gel : kita?

Gel tertawa terbahak-bahak menatap wajahku yang langsung berubah kecut, kemudian Gel mengacak-acak rambutku.

Gel : bercanda sayang, iya..iya.. lagunya kita banget.. hehe

Kami bertatapan agak lama, sampai kami tidak sadar sebuah Truck berhenti mendadak didepan mobil Gel, Gel yang tersentak menoleh kedepan tak sempat menginjak rem dan mobil Gel menabrak truck itu, yang aku ingat itu adalah tabrakan beruntun karena mobil belakang juga menabrak mobil Gel dengan sangat keras, yang kuingat Gel sempat menggenggam tanganku sangat erat.

******

aku membuka mataku, aku melihat cahaya putih yang terlihat samar dan buram, aku mendengar suara-suara disekelilingku “matanya terbuka.. Vina sadar.. Vina sudah sadar” aku mengedarkan pandanganku, dan mamaku mendekatkan wajahnya dihadapanku, mama bilang : beliau senang aku telah sadar setelah satu minggu, aku memutar cepat ingatanku, kejadian satu minggu yang lalu, aku menaikan tangan kananku dan aku tidak melihat cincin perkawinan melingkar dijari manisku dan aku teringat akan Gel. 

Aku bertanya pada mama : dimana Gel ma? Apa yang terjadi dengannya, namun tiba-tiba ruangan yang penuh dengan keharuan riang itu menjadi hening seketika, adikku Lala terdiam tanpa senyum, papa juga hanya menghela nafas, dan mama.. aku melihat mama menangis sambil bicara padaku “Gel belum sadarkan diri, karena mengalami benturan yang sangat keras pada bagian kepalanya”. Aku hanya terdiam saat itu, tubuhku masih terlalu lemas untuk bangun.

Waktu berlalu, dokter bilang keadaanku kini semakin membaik. Begitu aku boleh keluar dari ruanganku hanya ada satu tujuan, aku harus keruangan Gel, aku harus menemani calon suamiku.

****

kini aku sudah sangat sehat, aku setiap hari menemani Gel dirumah sakit, meskipun orang tua Gel berkata agar aku istirahat, tetapi aku tetap tak ingin istirahat. Selama ini aku bersama Gel bahkan sampai maut sempat menghabisi nyawa kami dan kami masih hidup sampai detik ini. Ini adalah kesempatan kedua untuk ku dan juga Gel yang diberikan pada tuhan, maka aku tak akan melewati kesempatan ini, sedetikpun aku tak ingin kehilangan Gel. Aku ingin selalu disampingnya sampai ia membuka matanya.

*minggu pertama :

aku menatap wajah Gel yang pucat, aku memainkan bulu matanya, menyentuh bibirnya, mengelus lembut pipinya, kucium kedua matanya lalu aku berbisik : “cepat sadar sayang” ku raih tangannya lalu kuciumi tangannya, tetapi tetap tak ada respon. Ini minggu pertama aku menjaganya tetapi ini minggu ke-4 Gel tak sadarkan diri, harapanku semakin menipis, aku takut kehilangan Gel.

*minggu ke-2 :

hari ini aku membersihkan rambut-ambut Gel yang tumbuh diarea dagu dan atas bibirnya, aku sangat berharap Gel masih terlihat tampan dan bersih walaupun ia masih terbaring tidak sadarkan diri. Setiap malam aku selalu berdo’a agar tuhan memberikannya keajaiban sampai akhirnya ia akan sadar secepat mungkin.

*minggu ke-3 :

ku dengar dokter telah mengabarkan keluarga Gel bahwa kondisi Gel berkembang membaik, Gel bisa segera sadar, tapi entah kapan itu tergantung dari Gel sendiri, namun beberapa kali aku melihat pergerakan jari Gel walaupun hanya bergerak pelan dan sedikit.

*minggu ke-4 :

aku masih menunggui Gel, ku gunting kuku kedua tangannya dan kuku kedua kakinya. Tak lama orangtua Gel masuk kedalam ruangan, mama Gel memelukku dengan erat dan papanya menyentuh kepalaku dengan sayang, mamanya memberitahu padaku bahwa dokter mengatakan ada kemungkinan akibat dari kecelakaan itu Gel akan lupa pada separuh ingatannya. Aku terdiam tegang mendengar berita itu, apa itu tandanya “Gel akan lupa pada ku?” namun aku tetap optimis, Gel mencintaiku, dia tak mungkin lupa denganku. Aku pamit sejenak pada orangtua Gel karena ada pekerjaan kantor yang sangat membutuhkan aku, ku bilang pada mereka bahwa aku tidak akan pergi lama, begitu urusanku selesai aku akan cepat kembali.


Entah mengapa selama perjalanan kekantor hatiku terasa sakit sekali, entah apa yang aku rasakan, prasangka buruk? Atau aku hanya terfikir oleh kata-kata mama Gel. Aku tetap berusaha bisa mengatasi perasaan itu, walaupun sebenarnya itu sangat berat bagiku.


Aku sudah sampai didepan kantorku, aku bekerja disebuah majalah besar, ideku sering dipakai untuk design – design majalah kami yang kini telah berjalan hingga 20 tahun. Saat masuk kedalam kantor semua orang menatapku dengan perasaan hangat, sama seperti hari biasanya, saat aku menghadiri meetingpun semua berjalan sangat lancar tapi mengapa hatiku tetap sedih?.

Setelah selesai meeting aku sempat membuat secangkir teh diruanganku, sebelum ku minum, handphoneku berbunyi “Mama Anna” : mamanya Gel menelfon aku? Aku segera mengangkatnya, Mama Anna mengabarkan bahwa Gel sudah siuman, sungguh aku sangat bahagia, tanpa memperdulikan apapun aku langsung berlari keluar ruanganku dan meninggalkan kantorku.

*****

sesampainya dirumah sakit aku berjalan cepat menuju ruangan Gel sambil berharap-harap cemas, tepat saat aku hendak masuk kedalam ruangan Mama Anna yang melihatku langsung keluar dari ruangan dan menghentikan langkahku, Mama Anna memelukku sambil menangis, aku masih terdiam tanpa mengucapkan apapun, entah apa yang harus aku lakukan. Mama Anna menenangkan dirinya lalu memulai bicara padaku.

Mama Anna : apa yang dibicarakan dokter benar terjadi na..

Vina : maksud mama?

Mama Ana : dia lupa akan ingatannya selama 8 tahun belakangan ini, bahkan dia tak ingat bahwa ia akan menikah.

Vina : Gel lupa sama Vina ma?

Mama Anna terdiam.

Vina : Gel lupa sama semua kenangannya bersama Vina ma?

Mama Anna : dia hanya ingat saat kalian bersahabat..

Mama Anna kembali memelukku, dan aku hanya terdiam dalam tangisku. Tak lama dari itu, Dokter keluar dari ruangan Gel disertai Papa Jimmy (papa Gel). Dokter menghentikan langkahnya dihadapan ku, mama Anna dan juga Papa Jimmy.

Dokter : tolong jangan berusaha untuk mengingatkan saudara Geldrino dengan ingatan yang tidak ia ingat karena itu akan membuat saudara Geldrino untuk berusaha mengingat dan jika itu terjadi maka saudara Geldrino akan semakin frustasi dengan ingatan-ingatan yang tidak bisa ia ingat. Pelan-pelan saja, karena kemungkinan kecil itu akan tetap ada.

Aku makin terhenyak. “kemungkinan kecil?” dan itu artinya kemungkinan besar Gel tidak akan mengingat kembali.


Mama Anna mengajak aku untuk kedalam ruangan Gel, Gel tersenyum padaku “Vin” aku terdiam saat itu fikirku “apa yang akan Gel ingat tentang aku?”

Gel : kamu ada disini?

Vina : iya, Gel kamu apa kabar?

Gel : lemas vin.

Ingin sekali rasanya aku memeluk Gel saat itu, menciumnya dan mendekapnya hangat, rasanya aku tak bisa menahan airmataku, aku hendak beranjak pergi tetapi Mama Anna cepat menahan tanganku, lalu menggenggam dengan erat. Aku menatap Gel yang masih terlihat seperti orang linglung, hanya sebatas kalimat itu yang keluar dari mulut Gel saat melihatku.

****

satu bulan sudah berlalu, Gel sudah kembali bekerja seperti sedia kala, namun tidak mengerjakan pekerjaan yang berat, karena ia bekerja di perusahaan milik keluarganya itu mempermudah pekerjaannya dalam kondisinya saat ini. Dan yang aku tahu selama Gel dirumah ia tidur dikamar tamu, karena sesuai kata dokter, Mama Anna tak ingin Gel melihat kenangan-kenangan kami didalam kamarnya, itupun atas persetujuanku.


Aku tetap menjalin persahabatanku dengan Gel, bahkan kadang Gel menghubungiku untuk sebatas bertemu, makan malam atau minum kopi. Kadang perasaanku tak dapat membohongi, hingga hari itu..

Aku makan malam bersama Gel, aku duduk disebelahnya, aku menatap wajah Gel yang tengah makan saat itu, dan entah mengapa tubuhku tergerak untuk memeluknya, aku mengangis sampai terisak, mungkin saat itu Gel bingung makanya Gel langsung membalas pelukanku dan berusaha menenangkan ku namun saat itu Gel pikir aku sedang ada masalah keluarga. Namun rasa rinduku sedikit terobati karena aku masih bisa merasakan hangat tubuhnya.

****

4 bulan begitu cepat berlalu, bagiku rasanya seperti 4 abad, dimana seharusnya aku dan Gel sudah menjadi keluarga dan tengah memikirkan anak, tetapi saat ini aku harus menghadapi suasana yang sangat pedih dalam hidupku, Gel datang kepadaku memperkenalkan kekasihnya. Rasanya aku terjatuh dari ketinggian langit paling tinggi dan tak ingin aku hidup lagi. “Gel, kau dan aku belum memutuskan hubungan” ingin rasanya aku teriak sekencang mungkin mengatakan kalimat itu tapi aku tidak mampu. Hanya satu orang yang bisa kuajak bicara saat itu, Mama Anna.


Mama Anna bicara padaku, bahwa ia telah tahu Gel telah jatuh cinta pada gadis lain, dan telah mengenalkannya pada Mama Anna dan juga Papa Jimmy, namun mereka tak bisa berbuat apa-apa, Mama Anna hanya bilang pada Gel untuk pikirkan lagi hubungan mereka. Sekarang aku tidak sedang putus asa, aku ingin melanggar dari pesan-pesan dokter karena ini sudah menyangkut perasaan dan hubungan kami.

****

Pagi hari saat Gel masuk kantor aku sudah menunggunya didepan kantor, aku hendak mengajaknya bicara, namun dirumahnya. Gel yang awalnya menolak akhinya mau mengikutiku.
Sesampainya dirumah Gel, aku mengajaknya naik kelantai atas, aku menarik Gel kedepan pintu kamarnya.

Gel : kenapa dengan kamar ini?

Vina : kamu tidak tau ini kamar siapa?

Gel : tidak.

Aku terdiam, aku rasa ini tidak berhasil membuatnya ingat, namun Gel tetap menatap pintu itu, Gel melangkah mundur dengan tetap menatap pintu itu. Lalu Gel kembali melangkah maju dan perlahan membuka pintu itu, Gel masuk kedalam kamar, aku menunggu Gel diluar, dengan pintu terbuka aku bisa melihat apa yang Gel lihat dan apa yang Gel sentuh. 

Di meja depan tidurnya ada foto Gel dan aku (saat kami merayakan hari jadi kami yang ke 1 tahun) Gel menoleh menatapku bingung, lalu tepat disamping tempat tidur, ia melihat foto – foto kami saat aku dan Gel bermalam dilombok (terlihat Gel menggendongku dan aku tertawa melingkarkan tangan dilehernya) Gel kembali menoleh kearahku. Lalu Gel duduk sisi tempat tidur memandang sekeliling kamarnya. Gel memegang keningnya dan menyerngit, aku yang melihatnya tak tega, ku ajak Gel keluar  dari kamar, aku takut terjadi apa-apa pada Gel.

Sejak itu Gel terlihat lebih diam, ia tak mengajakku bicara, Gel hanya memandangku dengan tatapan penuh pertanyaan.

Vina : apa yang ingin kau Tanya Gel?

Namun Gel tetap terdiam. Aku harap aku tak salah karena mengajaknya untuk mengingat apa yang telah terjadi antara kami.

****

Hari ini Gel mengajak aku bertemu, aku langsung cepat ke tempat dimana Gel mengajak kami bertemu, tebak apa? Gel mengajakku ketaman bermain sebuah komplek yang selalu kami datangi setiap malam selasa setiap bulan karena ditempat itu biasanya banyak sekali jajanan pasar dengan aneka kue yang enak-enak, tapi bedanya malam itu taman telihat sangat sepi. Aku melihat Gel sudah menungguku terduduk di bangku taman, aku berdiri tepat dihadapannya. Gel menatapku lalu berdiri, Gel memelukku sangat erat, “apakah Gel ingat padaku?” terbesit sekilas kalimat itu dalam benakku.

Gel melepas pelukannya.

Gel : maafkan aku Vina.

Vina : kenapa kamu minta maaf?

Gel : maaf atas apa yang telah aku perbuat padamu.

Aku bingung, aku tetap menatap Gel yang terus berbicara.

Gel : sering sekali terlintas dalam ingatanku, saat aku berjalan berdua denganmu, saat kita bersama, bersama keluargaku dan juga keluargamu, aku ingat vina.. aku ingat semua… aku ingat.. aku ingatt… aku dan kamu akan menikah sebelum kecelakaan itu terjadi!

Aku terkejut mendengar semua itu.

Vina : bagaimana kamu mengingatnya?

Gel : setelah kamu mengajak aku keluar dari kamar, setelah aku merasa kamu sudah benar-benar pulang aku kembali masuk kekamar, aku mencoba untuk mengingat semuanya.

Entah apa rasanya namun aku sangat bahagia, kupeluk erat Gel beriringan dengan airmata yang membasahi pipiku.

Namun Gel melepaskan pelukanku, Gel menatapku sangat dalam, hingga rasanya sampai merasuki hatiku.

Gel : aku takut tak bisa mengembalikan rasa cinta kita seperti dulu.

Vina : mengapa kau tak mencobanya?

Gel : karena aku milik Alia.

Sengatan kalimat itu membuat aku terdiam kaku tanpa gerakan.

Gel : maafkan aku.

Aku tak percaya Gel mengatakan semua itu, ternyata memang tak ada harapan bagiku. Aku berlari meninggalkan Gel sendiri ditaman itu.

Sepanjang perjalanan rasanya tak henti-hentinya aku menahan rasa sakit hatiku, hingga rasanya aku tak berdaya untuk melanjutkan perjalananku.

“7 tahun penuh cinta
 7 tahun penuh bahagia
 7 tahun selalu bersama
 7 tahun selalu berbagi
 Walau berujung tak menyenangkan bagiku kau adalah anugerah..
 Walau aku tak pernah membayangkannya tetapi kau tetap pemilik hatiku..
 Aku akan belajar tersenyum meski tanpa kau temani..
 Aku akan belajar tertawa tanpa kau disampingku..
 Aku akan belajar menerima keadaan dan aku akan selalu berdo’a untuk kebahagiaanmu..”

****

tiga hari sudah sampai kejadian itu berlalu, aku merasa sudah siap menghadapi hariku dengan memulai langkah baru. Namun baru sampai depan pagar, aku mendapati Alia berdiri didepan pagar rumahku, aku menjamu Alia dengan baik, tak ada rasa dendam dan menyuruhnya duduk dengan maksud bersahabat.

Alia memulai pembicaraannya :

Alia : aku menemuimu, bukan karena pacarnya Gel, dan bukan karena kehendak Gel, aku datang kesini atas kemauanku sendiri, tante Anna sudah bicara banyak padaku, dan Gel juga sudah bilang akan semua ingatannya bersamamu. Aku tau mungkin aku tidak pantas menggantikan posisimu tiba-tiba, karena aku tahu bahwa Gel masih sangat mencintaimu.

Vina : darimana kau tahu?

Alia : setiap kali dia bersamaku, kami jalan, kami makan, semua yang dibicarakan hanya kamu Vina, walaupun dia tak menyebut namamu, tapi dia bercerita bahwa ia pernah ketempat itu, dank au tahu? Dia tidak pernah menciumku karena setiap dia inginmelakukannya tiba-tiba dia menghindar. Dia juga tak pernah memelukku, karena sesaat dia memelukku, dia langsung melepaskan pelukan itu dan bersikap aneh.

Aku terdiam mendengar penjelasan Alia.

Alia : dan saat ini aku bilang padamu, jujur… apa yang aku rasakan pada Gel bukanlah cinta, tetapi rasa sayang yang tumbuh karena rasa kasihan.. aku ingin kau kembali pada Gel.

Aku terdiam, entah apa yang harus kukatakan, Alia begitu baik berkata sedemikian jujur kepadaku.

Alia : satu hal yang harus kamu tau, Gel sebenarnya adalah pasien aku. Aku psikolog, Gel meminta bantuan aku untuk mengartikan setiap bayangan dan ingatan yang dia ingat, jadi kemungkinan besar, Gel menganggap aku pacarnya karena seakan aku adalah kamu.

Vina : tetapi Gel tidak mengalami gangguan jiwa kan?

Alia tersenyum,

Alia : tentu tidak, justru aku membantu Gel untuk membuka ingatannya, dan Gel bisa mengingat kembali karena kemauannya yang begitu besar, untuk mengingat kamu.

Saat itu aku sangat merasa bersyukur, aku menoleh kearah pintu yang sedari tadi terlihat nampak bayangan seseorang dan Gel sudah didepan pintu rumahku, Gel menatapku.

Gel : Vina..

Aku menatap Gel haru, dan sekali lagi Gel berkata.

Gel : maafkan aku.

Aku tak mengeluarkan sepatah katapun, aku langsung memeluk Gel dengan erat.

Kami menikah setelah satu bulan kemudian, dan kini kami hidup bahagia dengan 2 orang putri dan 1 orang putra, tentunya dengan 4 cucu yang selalu menemani masa tua kami. 

Walaupun Gel menderita Alzheimer (penyakit penurunan fungsi syaraf otak) aku tetap menemani Gel dan membantunya mengingat setiap kejadian demi kejadian melalui tulisan-tulisanku ini. tetapi Gel tetap mengulang-ngulang tingkah lakunya setiap kali ia lupa akan ingatannya.


untuk terkasih Gel,

Selasa, 15 Februari 2011

Cerpen : "SELAMANYA MENCINTAIMU"

Apakah kalian percaya pada cinta pada pandangan pertama?

Apa kalian percaya pada takdir?

Apa kalian percaya jika cinta itu dapat menguatkan apapun bila kita berani berkorban?

Mungkin aku adalah orang paling frustasi di dunia ini, mungkin juga aku adalah orang paling bahagia di dunia ini, atau aku adalah orang paling menyedihkan.

Cerita ini dimulai dari pertama kali aku mengenal Amanda, dia wanita yang sangat sempurna (sebagai manusia) dia sangat indah dimataku, dia selalu membaluti tubuhnya dengan pakaian yang sangat sopan, tidak pernah aku melihatnya berpakaian seperti wanita yang sering aku lihat setiap kali aku masuk dalam kereta,bus,pinggir jalan,kantor bahkan coffe shop. Amanda tidak pernah mengenakan baju berlengan pendek dan rok yang berpotongan mini, mungkin ini adalah nilai plus untuknya.

Suatu hari aku memberanikan diri untuk berkenalan, tanpa disangka dia sangat menyenangkan, sangat ramah dan bukan type perempuan pemalu dan takut gemuk (aku senang melihat perempuan yang bisa menjaga tubuhnya tapi tidak takut makan, intinya tidak perlu diet).

Dari proses perkenalan itu, kami menjalin cinta kami selama satu tahun, kemudian aku melamar Amanda dengan cara yang aku baca dari sebuah buku.


**Saat itu aku mengajak Amanda kesebuah taman bunga, musim semi membantu aku menambah suasana menjadi lebih menarik, dimana semua bunga bermekaran dan berwarna warni. Aku mengajak Amanda kesebuah lingkaran air mancur ditengah taman, aku menatapnya lekat lalu aku meminta Amanda untuk memilih Bunga yang paling ia suka dan aku memetiknya, setelah Amanda menerimanya ia terkejut karena Amanda mendapati sebuat cincin melingkar ditangkai bunga, aku kemudian berjongkok.

MAU KAH KAMU MENIKAH DENGAN KU?

Saat itu Amanda menarik tubuhku dan memelukku sangat erat sambil berteriak..

AKU SANGAT MENCINTAIMU!! AKU MAU ANDRE, AKU MAU..!!!

Aku melepaskan pelukan Amanda dan menciumnya.

**
Saat ini kami sudah resmi dan sah menjadi suami istri, kami hidup bahagia dan kebahagiaan kami makin bertambah ketika, kami tahu bahwa setelah 1 bulan kami menikah, Amanda HAMIL. Kami akan menjadi orangtua yang paling bahagia.

Saat Amanda hamil yang ke tiga bulan, Amanda sangat sibuk dengan pekerjaannya, dia adalah designer terkenal, dan aku sangat bangga melihatnya bekerja sangat semangat. Sedangkan aku harus keluar kota karena harus dinas kerja, aku terpaksa harus meninggalkan istriku yang sedang hamil.

Saat aku dinas diluar kota, teman-teman kerjaku selalu mengajak aku tiap malam untuk masuk kedalam bar, aku mengikuti mereka. Saat itu kejenuhan memang sedang kualami, istriku tidak dapat kuhubungi seharian “mungkin dia sangat sibuk” dan aku hanya menikmati yang ada dihadapanku, gadis berpesta, gadis penari dan melihatkan seluruh tubuhnya dihadapanku. Saat itu aku ingin sekali keluar dari ruangan itu, tapi nafsuku menahanku untuk tetap menikmati semuanya, aku mabuk dan aku tidur dengan 2 gadis malam itu yang ku dapati tidur bersamaku didalam hotel tempat aku menginap. Aku khilaf dan ketakutan “aku sudah menikah, dan aku berbuat zina” dan aku lebih takut saat melihat handphone ku pagi itu ada “panggilan tak terjawab” sebanyak 21 kali. Aku langsung menelfon Amanda dan minta maaf, aku bilang pada Amanda bahwa aku terlalu letih, dan aku merahasiakan kejadian ini dari Amanda.

Dua hari kemudian Amanda menjemputku di bandara dengan penuh binar cinta dari matanya, Amanda memelukku sangat erat sambil berbisik “I miss you so much baby” aku tersenyum dan ku balas mencium bibirnya “I miss you too darling”. 

Sesampainya dirumah aku melihat ruangan penuh dengan bunga, dan semua sudah tertata rapi, kamar kami sangat harum. Amanda masuk ke kamar mandi, beberapa menit kemudian ia keluar dengan baju tidurnya yang tipis, Amanda memelukku dari belakang, menciumiku dan.. aku menghentikannya “sayang jangan hari ini” Amanda terlihat kecewa, namun Amanda langsung mengerti lalu ia beranjak ketempat tidur dan hanya memperhatikan aku yang hendak berganti pakaian. “jujur aku masih terfikir kejadian malam di bar itu dan tentunya di kamar hotel”.

**
waktu telah berlalu, hari ini aku di depan ruang bersalin, menunggu istriku Amanda melahirkan anak kami. Aku sangat cemas, kuremas-remas tangan dan kepalaku sambil jalan bolak-balik didepan pintu ruangan bersalin, aku menunggu dan terus menunggu sampai aku mendengar pintu dibuka dan suster menyuruh aku masuk “Amanda meminta aku menemaninya”.

Aku melihat Amanda tengah mengerang kesakitan, aku langsung memegangi tangannya dengan erat. Dan AAAAArrrrgggghhhhh!!!! Teriakan Amanda sangat panjang dan menggema dalam ruangan itu, disertai tangisan bayi mungil kami yang cantik, anak kami perempuan, sangat..sangat..cantik. Amanda menghela nafas lega.

**
setelah pulang kerumah, keluarga kami telah menyambut kebahagian ini dengan sangat bahagia, orangtua kami sangat senang melihat cucu pertamanya “Cherry” (nama anak kami) yang cantik dan mungil. Kami pun turut bahagia, lengkap sudah keluarga kami saat ini.

Hari berganti, bulan berlalu begitu cepat, tahun berganti dan saat yang mengejutkan itu datang, setelah aku membuka laptop diruang kerjaku, sebuah email masuk dari seseorang yang tidak aku kenal.


from : xrlslove*******.***.com

Dear Andre,

Apakah kamu masih ingat padaku? Kita pernah tidur bersama di hotel sepulang dari bar ###, apa kamu ingat? Aku Elen, jujur saat sepulang dari hotel aku sangat menyesal, rasanya tak ingin aku melepasmu.. aku ingin memiliki hubungan yang serius denganmu, aku jatuh cinta pada pandangan pertamaku. Jujur aku lama sekali mencari alamat email mu, setidaknya aku tidak salah mengirim surat ini, aku harap kamu akan membalas email ini dan kita akan segera bertemu.

Yang mencintaimu.

Entah apa yang harus kulakukan saat itu, kejadian itu kembali merasuki pikiranku setelah 5 tahun lamanya. Aku hendak membalas email itu dengan maksud ingin minta maaf dan mengatakan diantara kami tidak ada hubungan apapun, tetapi sebelum aku membalasnya, Amanda sudah berdiri dengan wajah pucat didepan ku, aku langsung menutup laptopku.

Amanda meminta aku mengantarkannya kerumah sakit, selama diperjalanan (dalam mobil) Amanda yang duduk sambil memangku Cherry selalu menghapus darah yang keluar dari hidungnya, aku tak enak bicara banyak pada Amanda karena aku takut anak kami khawatir melihat ibunya.

Sesampainya di Rumah sakit, Amanda langsung mendapatkan penanganan cepat dari tim medis, Amanda diperiksa, lalu dokter meminta aku keruangannya. Aku menitipkan Cherry pada suster penjaga.

**
di ruangannya dokter bilang, “Istri anda mengalami kanker otak.. sebenarnya nyonya Amanda sudah tahu pak. Apa istri anda tidak memberitahu anda?”dan aku sangat terkejut saat itu, tak sepatah katapun keluar dari mulutku.

Aku masuk keruang rawat Amanda, aku hanya memandanginya. Amanda menangis sambil meminta maaf padaku, aku masih terdiam tak bicara padanya, sulit sekali aku menerima kenyataan ini, karena selama ini aku tidak pernah mengetahuinya dan Amanda menutupi penyakitnya dari aku.

**
Aku merawat Amanda selama tiga bulan penuh, dan aku lihat perkembangan Amanda makin membaik walaupun rambutnya lama-lama menipis karena rontok.

Hari itu di rumah sakit aku keluar dari ruangan Amanda hendak keluar untuk membeli minuman, aku melihat perempuan muda berjalan kearahku dengan senyuman, perempuan itu adalah Elen. Elen bilang dia nekat mencari aku, dengan cemas aku mengajak Elen keluar jauh dari rumah sakit. Kami pergi ke sebuah kafe dekat rumah sakit, aku bicara pada Elen bahwa aku memiliki istri dan anak, aku juga bilang saat ini Amanda sedang sakit dan aku sangat mencintai Amanda. Untunglah Elen bisa mengerti dan menerima semuanya, namun Elen tidak berhenti, Elen justru bilang “aku mencintaimu, jika kamu membutuhkan aku..hubungi aku” Elen menulis alamatnya disecarik kertas, memberikannya padaku lalu pergi begitu saja.

**

Waktu terasa berjalan sangat cepat, aku melihat Cherry tumbuh menjadi anak yang sangat manis dan mengenakan seragam sekolah, untuk pertama kalinya Cherry sekolah TK, aku mengantar Cherry ke sekolah dan setelah itu aku menjemput Amanda yang sudah dipersilahkan pulang dari Rumah Sakit.

Amanda meminta untuk dirawat dirumah, karena dia tak nyaman lagi dengan suasana rumah sakit. Dan aku selalu setia menemani Amanda, memandikannya setiap pagi, menggunting kukunya setiap minggu, menggendongnya ke taman saat ia ingin melihat bunga dan membacakan buku saat ia hendak tidur. Dan setiap malam setelah Amanda tidur, aku selalu keluar untuk bertemu dengan Elen, aku menjalin hubungan dengan Elen dibelakang Amanda, bisa dikatakan aku selingkuh.. tetapi ini karena aku tidak ingin menyakiti Amanda, karena aku tahu Amanda hanya bisa mengerang kesakitan dan tidur ditempat tidur, Amanda yang sekarang adalah Amanda yang lemah, namun aku selalu mencintainya. Aku tahu aku sangat salah, aku sangat berdosa tetapi aku tak punya pilihan, aku sangat butuh Elen saat itu.

**
Empat bulan kemudian, aku mendapati Amanda sudah benar-benar terbaring lemah di pagi hari, dokter tengah memeriksa tubuhnya yang sangat kurus, aku memegangi tangannya yang terkulai lemas. Lalu dokter keluar kamar sambil memintaku ikut keluar, namun sebelum aku keluar Amanda menahanku lalu memberikan aku amplop surat dan dia tersenyum, senyum yang sangat indah. Cherry membaringkan kepalanya di dada Amanda, Amanda mengelus Cherry dengan penuh cinta, lalu aku beranjak keluar kamar sambil masih memegang amplop.

Aku menemui dokter didepan kamar, sebelum dokter bicara pada ku, aku mendengar teriakan Cherry memanggil-manggil Amanda.. “mama…mama.. mama..” aku dan dokter bergegas masuk kedalam kamar.

Aku terlambat. Aku tak ada disamping istriku saat ia menghembuskan nafas terakhirnya. Amanda meninggal dengan senyuman damai diwajahnya, aku merengkung Cherry dalam pelukanku, namun aku tak bisa menahan tangisku, ku peluk istriku dan kuciumi wajahnya dengan penuh air mata.
Seminggu setelah Amanda meninggal aku ingat akan amplop yang diberikan Amanda, lalu ku buka amplop berisi surat dan kubaca.


Suamiku tersayang, Andre yang sangat kucintai.

Aku tahu saat kamu membaca surat ini aku tidak ada disampingmu lagi, namun aku selalu berada dihatimu, aku tidak pernah mati karena cintaku kepadamu tidak pernah mati selamanya.

Sayang, entah dari mana aku harus memulai tulisanku, tetapi aku hanya ingin kamu tahu bahwa apapun yang kamu lakukan diluar sana, aku mengetahui semuanya, aku tahu saat aku melefonmu dan kamu beralasan letih dengan pekerjaanmu padahal malam itu kamu mabuk dan kamu telah tidur dengan Elen, bahkan saat aku sakitpun kamu telah berpacaran dengan Elen, aku tidak menyalahkanmu sayang, aku telah memaafkan kesalahanmu, aku tahu keadaan yang membuat kamu memilihnya. 


aku hanya ingin kamu selalu menjaga Cherry anak kita. Dia adalah buah cinta kita yang kita inginkan dengan sebuah cinta yang sangat besar, didiklah Cherry untuk menjadi gadis yang sangat baik dimata manusia maupun dimata tuhan. Tolong jangan pernah kamu sakiti hati Cherry dan mengecewakannya, karena itu akan membuat aku menangis.

Titipkan salamku untuk Elen, dia sangat mencintaimu, dia sering mengirimkan bunga saat aku dirawat dirumah sakit, dan aku mohon maaf jika aku lancang telah membaca semua emailmu.

Istrimu yang selalu dan selamanya mencintaimu.
Amanda.

***

Kini Cherry sudah tumbuh menjadi gadis dewasa dan cantik, aku sudah berdiri dihadapannya yang tengah mengenakan gaun pengantin yang sangat indah. Aku membesarkan Cherry seorang diri, kutinggalkan kenanganku bersama Elen yang kini kudengar sudah hidup bahagia dengan keluarganya, dan aku sangat bahagia karena berhasil membesarkan Cherry dengan penuh cinta.

Aku percaya Amanda tidak pernah menangis, karena aku mencintai Cherry melebihi cintaku pada Amanda, Cherry segalanya untukku. Dan saat ini adalah hari terberat untukku karena harus melepaskan Cherry pada calon suaminya, aku harap calon suaminya adalah lelaki yang baik, bukan seperti aku.

Sabtu, 12 Februari 2011

CERPEN : "CINTA PERTAMAKU,CINTA TERAKHIRKU"


**
Saat ini usiaku sudah menempuh 59 tahun, dan sebentar lagi aku akan memasuki usiaku yang ke 60 tahun, bagiku hidupku sangat luar biasa. Banyak cinta yang mengalir disetiap kehidupanku, dan cinta pertamaku.. dia tak pernah mati didalam hidupku.

Kalian tahu apa yang aku sembunyikan selama 40 tahun lamanya, yaitu sebuah tas cantik yang sudah sangat lama ku simpan didalam lemari pakaianku, dan setiap pagi selama 40 tahun aku selalu membuka isi tas itu, didalamnya terdapat surat-surat cinta dari kekasihku “Aldo”, agak aneh memang.. karena saat ini sesungguhnya aku telah memiliki 2 orang putra.

Ku ceritakan kisah mudaku 40 tahun yang lalu,..
***
Saat itu umurku masih 19 tahun, aku menikmati bangku kuliahku dengan penuh semangat, aku ingin sekali menjadi dokter anak dan kuliahku akan berat jika aku tidak giat mengikuti semua pelajaran persemester dengan baik. Dan di kampus inilah pertemuanku dengan Aldo dimulai, kami bertemu saat kami sama-sama makan dikantin kampus, Aldo sesekali memandangi aku yang duduk nyaris berhadapan dengannya, dan sejak saat itu Aldo hanya selalu memperhatikan aku, setiap jam pulang kampus, saat aku bakti sosial dan saat aku menghias madding kampus. Selama itu Aldo tidak banyak mendekatkan dirinya padaku, dia hanya memperhatikan aku dari jauh. Sampai suatu hari ada acara pesta dansa di kampus ku, aku berharap dari enam orang pria yang mengajak aku untuk menjadi pasangannya berdansa adalah Aldo, tapi salah satu dari mereka tidak ada Aldo, keenam orang itupun aku tolak. Aku hanya ingin Aldo, entah apa yang saat itu merasuki jiwaku, tapi aku sangat yakin bahwa Aldo akan memintaku. Tepat sehari sebelum acara pesta dimulai Aldo mendatangiku dan meminta aku untuk menjadi teman dansanya, tanpa basa-basi ku jawab “yes, I want”. Setelah acara ini kami merasa sangat bahagia. Aku merasakan bahwa kami memang sangat serasi, kami bisa merasakannya tanpa orang lain bilang. Tetapi kebahagiaan itu hanya datang sebentar karena tiga bulan setelah itu Aldo harus pergi ke Amerika dan melanjutkan kuliahnya disana, karena Ayahnya harus ditugaskan keluar negri jadi semua keluarganya harus ikut.

Selama Aldo disana kami selalu berkabar lewat surat, selama 5 tahun lamanya. Aku sudah selesai kuliah dan sudah bekerja disalah satu rumah sakit ternama sebagai seorang dokter anak. Aldo bahkan sudah bekerja lebih dulu, kini Aldo adalah seorang pengusaha besar di Amerika. Sebenarnya saat itu bisa saja Aldo pulang ke Indonesia untuk menemui aku, tetapi keadaan kini sudah berubah. Sejak Ayah Aldo meninggal, Aldo telah dipesan agar tidak meninggalkan ibu dan adiknya di Amerika, Aldo pun telah dijodohkan oleh perempuan cantik pilihan ibunya. Sedangkan aku di Indonesia harus mencoba untuk menerima cinta baru dari seorang laki-laki tua kaya raya bernama Teddy yang dikenalkan oleh tanteku.


 Akhirnya aku menikah dengan Teddy, sungguh aku hanya menghormatinya sebagai seorang suami, karena Ted tahu bahwa aku masih belum bisa melupakan Aldo. Orang tuaku sudah tidak sabar untuk menggendong cucu dan selalu mendesak aku untuk segera memiliki momongan. Aku pasrah malam itu, ku biarkan Ted berbuat sesuka hatinya kepada aku, toh Ted adalah suamiku yang sah, jadi memang kewajibanku untuk melayaninya. Dalam pikiranku saat itu “aku menyanyangi Ted dan sangat menghormati Ted.. tetapi ia tahu bahwa cinta itu tidak pernah tumbuh”.


Aku mendapatkan dua orang putra dari Ted, putra pertamaku bernama “Reynold” dan yang kedua bernama “Sammy”. Reydan Sammereka berdua sangat pintar mereka selalu mendapatkan beasiswa dan selalu membuat aku dan Ted bangga. Setelah 25 tahun lamanya pernikahan aku dengan Ted, ia menghembuskan nafas terakhirnya diusia 82 tahun. Banyak sekali kenangan manis aku dengan Ted, dia adalah lelaki yag sangat sabar, menerima aku apa adanya (meskipun aku tidak memberinya cinta), Ted adalah Suami terbaik dan Ayah yang sangat pengertian pada anak-anaknya. Kini tugas aku adalah menghidupi anak-anakku agar tumbuh dengan baik.

***
sudah 10 tahun yang lalu Ted meninggal, kini aku tergoda kembali untuk membuka masa laluku bersama Aldo, aku membuka surat demi surat dan membacanya kembali, aku tersenyum, aku menangis. Terlintas dalam pikiranku mengapa aku tidak mencoba untuk menghubungi Aldo kembali, karena rasanya saat ini aku sangat kesepian kedua putra ku telah hidup sendiri-sendiri dan hanya setiap hari sabtu dan minggu mereka tinggal dirumah bersamaku.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirimkan surat pada Aldo,

Dear Aldo,

Apakah kamu masih ingat pada gadis yang sering mengenakan rok panjang dikampus? Sering mengenakan pita dirambut yang ikal?
Apakah kamu masih ingat aku?
Aku Jasmine, cintamu yang masih sangat memikirkanmu. (ku berikan foto ini agar kau tak lupa)
 
apa kabar mu sekarang Aldo? Bagaimana juga kabar keluarga mu?................

#####,,,,........

Tiba-tiba aku berhenti menulis, karena suara ketukan yang berasal dari pintu rumahku telah mengejutkan aku. Aku merapikan kertas surat dan foto mudaku yang hendak kukirim pada Aldo, aku merapikan semua barang-barang lalu menaruhnya dengan apik kembali kedalam lemari, lalu aku turun kelantai bawah.

Aku membuka pintu, kulihat seorang lelaki kira-kira berumur tidak jauh beda dariku, mungkin 65 tahun. Rapi dengan memakai jas dan rambut tipis yang disisir rapi. Aku terdiam memandang orang itu, tapi hatiku tidak diam, aku tahu orang yang ada dihadapanku adalah ALDO, cintaku.
Aldo tersenyum kepadaku “kamu masih mengenal aku?” aku mengagguk, entah apa yang harus aku katakan dan aku lakukan, aku hanya memeluknya dengan erat, Aldopun membalas pelukanku tidak kalah eratnya.

Aku dan Aldo kini duduk diruang tengah, banyak sekali yang kami bicarakan, dari mengenang, menangis bersama, tertawa dan aku merasakan cinta itu memang tidak pernah mati. Aldo bilang bahwa dia kini menduda, istrinya meninggal karena kanker payudara, dan Aldo  hanya memiliki seorang putri, Aldo memutuskan pulang ke Indonesia karena ia telah pensiun dari pekerjaannya Dan keinginan terbesarnya adalah, ia ingin menemuiku.

Dugaanku tak salah selama ini, aku selalu bicara dalam hatiku, bahwa Tuhan akan mengembalikan aku pada cinta pertamaku yang tidak pernah mati didalam hatiku. Cinta yang selalu menemani aku selama ini, dan cinta itu adalah Aldo.

Tepat diusiaku ke 60 tahun pada tanggal 15 januari 2011, aku menikah dengan Aldo, putra dan putri kami sangat mendukung. Pesta pernikahan sederhana, pesta kebun yang manis dan dihadiri 65 orang kerabat dekat.

 

Akhirnya kebahagian itu dapat ku nikmati sampai detik ini, kemanapun kami pergi selalu berdua, dan tak lupa setiap hari sabtu malam kami selalu menyediakan waktu untuk berdansa. kami menikmati hidup berdua seumur hidup kami.

Cinta pertamaku, Cinta terakhirku.

_ndah_

Jumat, 11 Februari 2011

Cerpen : "AKU BELAJAR MENCINTAI"

Kenapa memilih teater? Apa enaknya? Memangnya sama dengan artis sinetron atau film yang sering kami tonton? Apa bedanya?

Kira-kira begitulah pertanyaan orang-orang diluar sana bila mendengar aktifitas lainku selain kuliah, yaitu bermain teater. Menurutku bermain teater memiliki kepuasaan tersendiri yang bisa aku nikmati selama ini, dan ditempat ini pula cerita cintaku dimulai.

Hari ini jujur aku katakan bahwa aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada Atar, dia adalah salah satu teman bermainku dalam teater berjudul “Panggil Aku Cinta” kami selalu dipasangkan menjadi seorang adik dan kakak, tapi baru dijudul ini kami dipasangkan menjadi sepasang kekasih. Aku tahu bahwa Atar memiliki pacar yang manis, pacarnya sangat baik dan sesekali aku pernah bicara pada gadis itu, dan memang ini yang membuat aku mengambil keputusan bahwa Atar hanya sebatas teman kerjaku.

Seiring waktu berputar, “Panggil Aku Cinta” telah sukses dan telah ditonton ribuan orang, bahkan kami sempat go internasional.

Beberapa bulan kemudian aku dipanggil untuk membicarakan judul teater selanjutnya, sutradaraku mas Adrian akan membuat “ROMEO dan JULIET” yang diperankan oleh orang-orang indonesia, sungguh terkejut beliau meminta aku untuk memerankan tokoh Juliet. Entah apa yang aku rasakan saat itu, sangat bahagia pastinya bisa memerankan tokoh yang dari dulu sering ku puji. Mas Adrian juga bilang bahwa Atar akan memerankan tokoh Romeo, dan ini yang ada dalam pikiranku sekarang, “kami akan latihan bersama setiap hari, lalu tour kebeberapa Negara untuk memerankan tokoh yang kami mainkan”.

Hari pertama,

Hari ini dimulai dengan aku memasuki ruangan teater dimana semua bangku kosong, aku berjalan penuh semangat menuju panggung. Aku melihat Atar sudah berada di atas panggung dengan mas Adrian, aku berlari kecil langsung naik kepanggung. “maaf telat mas, tadi abis kuliah” mas Adrian terseyum, “gak telat kok Ra, kami juga baru sampai”. Atar menghantarkan senyuman untukku, lalu aku membalas senyuman itu, Mas Adrian pun teriak .. “Yuukk mulaaiii!!”.

***
ROMEO (ATAR)
But soft, what light through yonder window breaks?
(pause)
 It is the East, and Juliet is the sun!
Arise, fair sun, and kill the envious moon, Who is already sick and pale with grief. That thou her maid art far more fair than she. Be not her maid, since she is envious. Her vestal livery is but sick and green, And none but fools do wear it.

ROMEO (ATAR)
It is my lady.  O, it is my love!
O that she knew she were!

JULIET (RARA)
Ay me!
ROMEO (ATAR)
She speaks.
O, speak again, bright angel!

JULIET (RARA)
O Romeo, Romeo! - Whyfore art thou Romeo?
Deny thy father and refuse thy name.
Or, if thou wilt not, be but sworn my love, And I'll no longer be a Capulet.

ROMEO (ATAR)
Shall I hear more, or shall I speak at this?

JULIET (RARA)
'Tis but thy name that is my enemy. Thou are thyself, though not a Montague.
What's Montague?  It is not hand nor foot nor arm nor face nor any other part
Belonging to a man.  O, be some other name!
What's in a name? That which we call a rose
By any other word would smell as sweet.
So Romeo would, were he not Romeo called,
Retain that dear perfection which he owes
Without that title.  Romeo, doff thy name,
And for thy name, which is no part of thee, Take all myself.

ROMEO (ATAR)
I take thee at thy word!
Call me but love, and I'll be new baptised.
Henceforth I never will be Romeo.
***

 Tepukan tangan terdengar cukup keras, aku dan Atar melepaskan pegangan tangan kami yang sedari tadi begitu erat. Rasanya saat itu Juliet telah merasuki jiwaku dan memiliki seseorang seperti Romeo. Mas Adrian meminta kami istirahat sejenak, kulihat Atar langsung turun dari panggung dan mencium kening kekasihnya yang duduk dibangku penonton, aku hanya terdiam dan tersenyum sambil menghapus pikiranku.

..
Hari ke 28,

Panggung terlihat sepi dan gelap, aku memangku kepala Atar yang tengah tertidur dipangkuanku, tiba-tiba lampu sorot menyala.


***
ROMEO (ATAR)
my love, my wife..Death, that hath sucked the honey of thy breath,
Hath had no power yet upon thy beauty,
Thou art not conquered.  Beauty's ensign yet
Is crimson in thy lips and in thy cheeks, And death's pale flag is not advanced there.
Ah, dear Juliet, why art thou yet so fair? Shall I believe that unsubstantial death
Is amorous and keeps thee here in dark
To be his paramour?  For fear of that. I still will stay with thee.  Here, oh here
Will I set up my everlasting rest.. And shake the yoke of inauspicious stars..From this world-wearied flesh.

Eyes, look your last.
Arms, take your last embrace.
And lips, O you
The doors of breath, seal with a
righteous kiss...

A dateless bargain to engrossing death.

true apothecary, thy drugs are quick.

JULIET (RARA)
Oh Romeo, what's here?
Drunk all, and left
No friendly drop to help me after. I will kiss thy lips. Haply some poison yet doth hang on them.. To make me die with a restorative.

“Aku mendekatkan bibiku pada bibir Atar, mengecupnya pelan”.

JULIET (RARA)
Thy lips are warm.

ROMEO (ATAR)
Thus with a kiss I die.

JULIET (RARA)
Romeo.  O' my true love Romeo.
***

Lampu kembali gelap, lalu tepukan tangan bersorak sangat kencang, semua crew yang menonton ikut menghayati peran kami sampai seisi ruangan kembali terang dipenuhi lampu yang menyala.


Aku masuk kedalam ruang rias, membersihkan make up tipisku. Atar mendekati aku, aku menoleh bingung kearahnya. “mau nonton gak hari ini?” tanyanya. Aku tersenyum “boleh”.


Aku dan Atar sudah didalam mobil dalam perjalanan menuju daerah HI, aku bertanya pada Atar. “kenapa ajak aku nonton? Pacarmu mana?” Atar tersenyum lalu menggeleng, “kami sudah putus”. Aku terdiam mendengarnya, entah apa yang harus aku katakan.


…….

Setelah pergi bersama dengan Atar saat itu, rasanya aku mulai berani berharap kembali untuk mencoba menyukainya kembali. Atar pun memberikan respon yang sangat kuat padaku. Hingga akhirnya seminggu kemudian Atar bicara padaku, “Ra.. apa kamu mau jadi pacar aku?” jujur saat itu aku tak tahu harus berkata apa, karena menurutku itu terlalu cepat, “apa tidak terlalu cepat” Atar tersenyum lalu menatapku dengan lekat, “Cinta itu tidak butuh waktu, cepat atau lambat rasa itu akan tetap sama” Aku menatap mata Atar, dan entah apa yang aku rasakan, aku seperti terhipnotis lalu dengan perlahan aku mengangguk. Dan Atar memelukku dengan hangat.


Perjalanan cintaku dengan Atar tidak seberat percintaan Romeo dan Juliet, tetapi perbedaan sifat kami yang sering membuat kami bertengkar setiap hari, perkelahian mulut yang kadang sangat menyakiti hatiku, sikap yang tak bisa dimengerti, keegoisan yang tak bisa dihilangkan, aku tak menyalahkan Atar, karena akupun selalu mencoba untuk mengenalnya lebih dalam. Kami tak seperti sepasang kekasih lain, hidup kami hanya Teater dan kuliah, hampir tak memiliki waktu untuk bersama. Kami hanya bertemu saat teater dimulai. Setelah itu kami sibuk dengan pendidikan kami, waktu liburpun sudah kami pakai untuk keluarga, tidak ada yang salah dan disalahkan. Sekuat apapun kami mencoba untuk mempertahankan cinta kami.


Hingga suatu hari, sepulang dari teater..


Atar berkata ingin bicara padaku diatap gedung, tempat biasa kami beristirahat dari lelahnya latihan teater. Siang itu langit sangat cerah, aku berdiri dihadapan Atar sambil memegang gelas berisi teh dingin.


ATAR
Apa kamu akan mempertahankan semua ini? Apa kamu yakin?

RARA
Kenapa kamu bertanya seperti itu sama aku?

ATAR
Jawab aja..

RARA
Aku ingin kita tetap bersama.

ATAR
Dengan keadaan seperti ini? Jujur aku jenuh, tapi aku tidak jenuh dengan hubungan kita.

RARA
Lalu?

ATAR
Aku jenuh dengan kamu.

Aku terdiam, sakit sekali aku mendengar perkataan Atar.

RARA
Tidak ada cinta lagi?

Atar terdiam, tak menjawab.

RARA
Apa kamu masih sayang aku?

ATAR
Aku sayang sama kamu ra, tapi aku tidak kuat dengan keadaan hubungan kita yang bisa dibilang gak senormal dengan hubungan mereka diluar sana.

RARA
Karena aku sibuk dengan pendidikan aku? Apakah kamu ingat saat kamu menemani aku bekerja seharian dikampusku? Tiba-tiba kamu berbisik dikupingku “aku akan menikahimu..bagaimanapun caranya”.. saat itu air mataku yang keluar adalah air mata bahagia.

ATAR
Dan apa kamu ingat? Kamu bilang kamu akan selalu mencoba untuk mengerti aku?

RARA
Apakah selama ini kamu merasa aku selalu cuek sama kamu? Gak kebalik?

Aku mulai sedikit keras, karena Atar pun keras kepadaku.

RARA
Apa kamu pernah kasih kabar ke aku, kamu mau kemana, dengan siapa? Sampai akhirnya orang-orang membicarakanmu yang tidak-tidak dikupingku.. apa kamu tidak sadar itu?

ATAR
Lalu apa kamu merasa aku tidak mendengar banyak yang berbicara tentang kamu?

RARA
Apa yang aku lakukan? Aku hanya melakukan kegiatanku, jika tidak ada, aku hanya duduk manis dirumah, menunggu kabarmu melalui handphone ku. Hanya itu.

ATAR
Aku capek.

RARA
Aku juga capek.

Kami tidak kuat rasanya meneruskan perdebatan yang semakin mengencang, Atar pergi meninggalkan aku. Aku terdiam ditempatku berdiri, begitu besar cinta yang aku berikan selama ini, tapi tiba-tiba seakan aku jatuh terhempas kebumi dengan tatapan kosong.


Seiring waktu berjalan, “ROMEO dan JULIET” adalah kenangan manis kami, kami tidak menyimpan dendam. Bahkan kami berusaha sebaik mungkin tetap bersahabat, dan yang aku dengar Atar sudah memiliki kekasih. Aku tersenyum, karena itu artinya aku sudah siap untuk menerima cinta baru. Entah kapan cinta itu akan datang, tapi aku percaya cepat atau lambat, aku selalu ingat perkataan Atar “Cinta itu tidak butuh waktu, cepat atau lambat rasa itu akan tetap sama” aku banyak belajar mengenal cinta, mengenal sifat dan sikap, mengenal rasa rindu dan pentingnya komunikasi dalam hubungan. Aku belajar mencintai, dan aku berharap suatu hari nanti akan ada yang mencintaiku seperti aku mencintai Atar, maka aku akan bertekuk lutut kembali mencintainya. Karena cinta itu indah, menyatukan perbedaan yang dimiliki dengan indah, tanpa banyaknya perkelahian dan tanpa kata “jenuh” dan juga “lelah”.



..ndah.. 

Minggu, 06 Februari 2011

PENDIDIKAN, KENAPA BABI, KRITERIA

hai bloggers..

judul kali ini ditulis sesuai pertanyaan dari para komentar, saya mencoba untuk menjawab sambil menjelaskannya :

ada komentar dari "asdhyth", katanya : "apakah kamu punya rencana untuk ikut peduli sama anak-anak tidak mampu yang tidak bisa melanjutkan sekolah dan belajar karena faktor ekonomi, padahal mereka mempunyai semangat yang luar biasa untuk belajar dan merupakan generasi penerus bangsa?"


Bagi saya belajar itu tidak memandang harta, dari keluarga terpandang, ataupun dari golongan apa. Belajar bisa dimana saja, kapan saja dan jika punya keinginan pasti bisa. Saya selalu berusaha untuk peduli pada pendidikan, karena saya lahir dari keluarga yang mementingkan pendidikan (bukan berarti pendidikan harus setinggi langit dan semahal apapun) justru ilmu yang harus dicapai setinggi langit lalu dapat disebarkan seluas mungkin untuk yang membutuhkan. Pendidikan adalah hal utama untuk mengatur pola berfikir, pendidikan juga tidak pernah memandang faktor apapun, saya selalu ingin melihat anak-anak bisa terus meneruskan pendidikannya, apalagi anak jalanan yang setiap hari, dari pagi sampai malam berada di lampu merah. Setiap kali melihatnya hati saya menangis, ingin rasanya membantu mereka. Walaupn pemerintah turut membantu, tapi rasanya keinginan dari mereka kurang. Yang sekarang harus dipikirkan adalah bagaimana meningkatkan kemauan mereka untuk belajar. Ini pun salah satu impian, walaupun saya ingin sekali membuat play group, tapi tidak menutup kemungkinan play group ini untuk semua kalangan, saya akan mencoba dari hal kecil, mendidik anak-anak hingga mereka dapat belajar dengan sebaik mungkin, sesuai pengaturan pendidikan. Dari hal kecil ini lah saya akan memulai dengan tingkatan diatasnya. Yang pasti saya tidak mau takabur, insya allah sebisa mungkin saya akan slalu berusaha peduli pada mereka dan berusaha membantu yang terbaik untuk pendidikan. karena saya yakin semangat yang tinggi mengalahkan apapun.


berdo'a, bersyukur, berusaha (semangat).






Ada juga komentar yang bertanya (win_dra21) : "Kenapa sih Andah suka babi?"


Temanya jauh banget ya? dari pendidikan ke babi. (hey.. bukan aku suka makan babi loh) aku hanya gemar mengoleksi pernak pernik babi. Kenapa? karena unik.


Awalnya aku melihat Babi layaknya binatang biasa, tidak memiliki daya tarik. Tetapi setelah melihat di beberapa toko bahwa babi itu memiliki banyak bentuk, ada patung babi tertawa, ada cristal babi, ada babi yang terbuat dari kayu bahkan keramik atau batu. Nah mendapatkan babi yang unik itu susah, ini yang membuat aku jadi merasa tertantang untuk mencari dan mencari BABI PALING UNIK. hehehe..




Komentar ini dari "terinspirasi oleh jaman" : "untuk mendapatkan calon suami yang tepat dan direstui seluruh keluarga ada kriteria khusus kah untuk itu?"


Sebenarnya saya tidak memiliki kriteria khusus untuk siapapun. Entah "dia" siapa? dari kalangan mana? apa pekerjaannya? karena rasa sayang itu akan muncul dari mana saja, kapan saja, dan dimana saja. yang pasti jika saya menyukai seseorang saya selalu memberitau keluarga, karena mereka patut mengetahuinya. Mereka tidak pernah melarang saya dan jika ada yang mereka suka atau tidak, mereka akan bilang apa adanya, selanjutnya ada ditangan saya. Karena saya tahu masing-masing orang berbeda-beda, dan kadang perbedaan itu adalah indah, sekarang tergantung bagaimana kita menyikapi perbedaan itu. jika sepasang anak manusia menjalin hubungan, berarti mereka berdua yang akan menyikapi perbedaan tersebut, mencoba menyatukannya walaupun kadang gagal kadang sukses. Kadang kalau kita terlalu memikirkan KRITERIA akan susah sendiri.


tetap berdo'a (untuk mendapatkan yang terbaik), bersyukur (jika telah mendapatkan) dan berusaha (untuk mendapatkannya).



Rabu, 02 Februari 2011

CITA-CITA MASA KECILKU

Apa yang pernah kalian ingat tentang cita-cita masa kecil kalian?

Tolong jangan tertawa jika aku beritahu suatu rahasia kecil tentang cita-citaku yang tak akan pernah tercapai.. (lebih tepatnya sekarang aku tak ingin mencapainya).

Apa kalian tahu cerita tentang seorang putri? Cinderela misalnya, atau snow white, atau bahkan sleeping beauty. Ya mereka adalah beberapa tokoh putri yang mungkin kalian sering baca dibuku dongeng, atau kalian tonton di DVD,CD atau salah satu stasiun televisi.

Aku tidak pernah ingin menjadi cinderela, yang tiba-tiba ajaib memiliki gaun indah dan kereta kuda yang cantik dan mewah. Aku tidak berkhayal saat aku menjadi putri salju dan berteman dengan para kurcaci, lalu bertemu dengan nenek sihir. Aku juga tidak pernah bermimpi menjadi tokoh jasmine dalam film aladin.

Saat umurku lima tahun aku sering menonton “the little mermaid”, lebih tepatnya tokoh Ariels : seorang gadis berambut panjang berwarna merah, memiliki sirip ikan cantik berwarna hijau/biru, anak dari raja laut yang kekar, kehidupan didalam lautan yang membuat gadis ini menjadi seorang gadis mandiri, petualang, sederhana dan mudah berkawan. Ya.. dulu cita-citaku adalah menjadi seorang PUTRI DUYUNG.

Aku ingin seperti tokoh Ariels, bisa mengelilingi isi lautan, berteman dengan lumba-lumba yang cantik, memiliki sahabat kecil (ikan) berwarna kuning dan biru, melihat tingkah lucu seekor kepiting, kemudian jatuh cinta pada seorang pelaut (yang ternyata seorang pangeran). Cerita klasik dan sederhana ini yang membuat daya khayalku melewati batas, sampai-sampai aku pernah bilang pada teman-temanku bahwa nama panjangku adalah : Asmirandah Zantman Ariels.

Aku ingat saat aku memohon-mohon pada papa untuk membuatkan kolam ikan di rumah. Papa menuruti kemauanku, dibuatkanlah kolam ikan dengan ukuran agak besar dan memanjang. Setelah jadi, kolam ikan tersebut diisi banyak ikan hias yang indah dan setiap sore sepulangnya aku dari sekolah, aku selalu menyiapkan diriku untuk memakai baju renang lalu dari pinggul sampai kaki kubaluti kain (agar menyerupai putri duyung) dan… BYUuuurrrr!! Aku menyeburkan tubuhku dan bermain bersama ikan-ikan. Semua orang dirumah hanya bisa menghela nafas melihat tingkah ku yang (jujur kalau aku melihat anak kecil melakukan hal seperti itu, pasti aku akan bilang : Aneh!), tapi itulah aku.
Semakin aku tumbuh besar, aku semakin mengerti bahwa tidak mungkin aku bisa menjadi tokoh Ariels dalam kisah nyata. Aku tidak mau merubah kakiku menjadi sirip ikan walaupun menurut bayanganku memiliki sirip ikan itu sangatlah cantik. Bersyukur aku adalah manusia normal dan bukan jelmaan putri duyung.

FAKTAANYA :

*Walaupun aku sudah menutup impianku, tetapi aku masih mengoleksi film-film dan beberapa barang yang berhubungan dengan “The Little Mermaid”.
*I LOVE HER SO MUCH